Page 82 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 82

Djangan tjoba-tjoba mengadjaknja bitjara, salah kata, alamat golok besar ditjaboet dari

               pinggangnja.  Kalau  berpapasan  dengannja,  jangan  mengangkat  wajah  bersitatap,
               tersinggoeng  sedikit  itoe  pendekar  moeda,  alamat  poekoelan  silat  dikirim,  dan

               bersiaplah setidaknya pergi ke Mak Oeroet tiga hari oentoek mengoeroet patah toelang.

               Sedangkan  Itje,  boekan  perkara  moedah  bagi  anak  perempoean  oesia  sebelas  tahoen
               saat pertama kali bekerja di roemah besar. Tidak sekali doea Itje mengoendang masalah

               dan amoek besar Nyonya Rose. Beroentoeng Itje gadis yang radjin bekerja, serta poenja

               riwajat  soal  iboenya  yang  tewas  itoe,  djadi  walaupoen  sering  terlaloe  polos,
               menyebalkan, Nyonya Rose tidak sampai hati tega memecatnja.



               Hari pertama kerja, persis saat Nyonya Rose mengoendang nederlander, ondernemer,
               toean  tanah  dan  baroen  Eropah  lainnja,  mengadakan  itoe  djamoean  makan  malam

               untuk  orang-orang  penting,  sekaligus  peringatan  berkaboeng  ituoe  kedjadian  soeram

               beberapa minggoe laloe. Dasar Itje masih gadis ingoesan, saat diteriaki, disoeroeh baboe
               senior  lainnya  menghidangkan  soep  bening  ke  meja  makan,  Itje  polos  tanpa  tanya

               membawa nampan mangkok kobokan.


               “Mevrouw Rose, ini soep bening apa, ya?” Salah-satu isteri toean tanah berdecap-decap

               mencicipi itu air di dalam mangkok, wadjah itu nyonya terlihat bingoeng.


               “Rechts, ini rasanya eh, eh, menarik sekali Mevrouw Rose.” Nyonya nederlander lainnja

               tidak maoe ketinggalan berseroe dari seberang meja. Sebenarnja nyonya nederlander,
               isteri dari seorang kapiten ini hendak bilang rasanja tidak beda dengan air sadja, tapi

               karena dia soengkan dibilang kampoengan, djarang bergaoel ikoet makan malam gaya

               kerajaan, maka poera-poera ikoet memasang wadjah antoesias.


               Nyonya Rose yang asyik ngobrol dengan tamoe di sebelah menoleh ke seberang, melihat
               tamoe-tamoenja  lainnja  sedang  menyendok  mangkok  ‘soep  bening’,  melirik  nampan

               Itje,  baroe  sadar  kalau  itoe  baboenya  telah  menghidangkan  air  kobokan  sebagai

               appertizer. Merah soedah wajah Nyonya Rose, melotot ke arah wadjah Itje yang tanpa
               dosa masih terbungkuk-bungkuk membagikan sisa mangkok di atas nampan.
   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86   87