Page 83 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 83

“Wetenswaardig, ini soep bening menarik sekali.” Di seberang lain, isteri toean tanah

               lainnya lebih doeloe berkomentar, “Mevrouw Rose pastilah punja resep spesial ini aseli
               dari Itali? Atau Paris?”



               “Boekan Itali atau Paris Mevrouw Elizabeth, ini pastilah resep spesial dari Monaco.”


               Wadjah menggelemboeng Nyonya Rose, yang serba salah, setengah marah bercampur

               setengah  malu,  segera  terlipat,  demi  mendengar  arah  itoe  percakapan,  dia  pura-pura
               anggun  mengangkat  tangannja,  menganggoek  gaja  khas  bangaswan nederlander,  “Ah,

               itoe hanja resep sederhana milik keloearga. Tidak spesial.”


               Oh  my  God,  beroentoenglah  Itje,  di  doenia  ini,  terkadang  gengsi  serta  ikoet-ikoetan

               mengalahkan kampoengan, dan djelas sekali gengsi nyonya-nyonya nederlander, toean

               tanah dan baroen Eropah itu terlalu tinggi walau oentoek mengakoei kalaoe di mangkok
               itoe hanya air putih biasa. Djamoean makan malam itoe berdjalan lancar-lancar sadja,

               batal djadi peristiwa memaloekan. Nyonya Rose poenja wadjah tetap bisa joemawa.


               Tapi sejenak saja Itje selamat, lepas kereta koeda pergi dari halaman, membawa tamoe-

               tamoe poelang ke roemah masing-masing, Nyonya Rose matjam radio roesak mengomel
               panjang  lebar  di  dapoer.  Berteriak-teriak,  menoenjoek-noenjoek  djidat  Itje.  Bilang,

               dasar inlander bodoh, baboe doesoen, di depan baboe-baboe lain yang lebih senior, dan

               beberapa  tjenteng  yang  kebetoelan  ikoet  menoempang  makan.  Itje  menoendoek
               menahan tangis, kasihan sekali melihat Itje, gadis beroesia tiga belas tahoen dimarahi

               nyonya nederlander. Dia soenggoeh tidak tahoe kalau itu mangkok air kobokan. Bagi

               gadis kampoeng boeroeh perkeboenan teh, mangkok air kobokan itoe amat bagoes, Itje
               pikir itu pastilah soep bening.


               Tidak coekoep kena omel Nyonya Rose, lepas Nyonya kembali ke roeang depan, hendak

               masoek kamar istirahat, giliran baboe lain siboek mentertawakan Itje kecil.


               Saat  itoelah  cinta  mereka  bersemi,  pembaca  yang  boediman.  Ketika  Djalil   tiba-tiba

               memoekoel  meja,  lantas  berseroe  marah  pada  itu  semua  baboe  dan  tjenteng  anak

               boeahnja, “Apa jang kalian tertawakan, hah? Apa jang kalian tertawakan?”
   78   79   80   81   82   83   84   85   86   87   88