Page 77 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 77

sambil menyeka  matanya  yg berkaca2, "Tigor datang ke  rumah di  Menteng. Bersama

               istri dan dua anaknya. Istrinya bule, anak2 yg lucu. Satu berumur 9 tahun, satu masih 3
               tahun. Aku puluhan tahun, setiap hari tidak pernah berhenti berharap menunggu saat-

               saat bertemu dengannya.. Tapi pertemuan itu kaku sekali, terasa ganjil... Hingga kami

               bertemu, dia tdk pernah tahu kalau aku tdk pernah menikah."


               Saya: "Apakah mbak Hesty menyesali apa yg telah terjadi?"


               Hesty:  *mbak  Hesty  tertawa  pelan,  menggeleng..  "dua  puluh  lima  tahun  sy

               menghabiskan masa2 yg indah bersama Tigor? Masa kanak-kanak, kuliah, surat-surat

               itu. Dua puluh lima tahun, seperempat abad, apa yg harus sy sesalkan? skrg umur sy
               lewat lima puluh, dua puluh tahun lg hidup dgn mengenang masa lalu itu sj sudah cukup

               menyenangkan, bukan."


               Saya ikut tertawa. itu point yg bagus: "Apakah mbak Hesty membenci Papa?"



               A:  *mbak  Hesty  terdiam  lamaaa,  hingga  akhirnya  menjawab:  "Sy  lbh  membenci  diri
               sendiri karena terlalu takut utk pergi bersama Tigor... Papa membesarkan kami keras

               sekali..  Penuh  disiplin.  Menanamkan  pemahaman  apapun  yg  kami  lakukan  akan
               mengundang  sebab-akibat  hidup..  seharusnya  saat  itu  sy  memahami,  jangan2  Papa

               keras soal Tigor, agar sy benar2 yakin apakah Tigor adalah pilihan terbaik buat saya..

               bukan  sebaliknya,  menghalangi  kami  seperti  yg  selama  ini  sy  pahami..  jangan2  Papa
               keras soal Tigor, hanya utk melihat seberapa yakin saya atas keputusan yg sy lakukan...

               tp mau dikata apa? itu sudah terjadi... 20 tahun silam..."


               Aku menghentikan pertanyaan...


               Cukup. setengah jam sisa pertemuan itu dihabiskan dgn mbak Hesty memperlihatkan

               koleksi foto2 jadul mereka berdua... terakhir dia mengeluarkan foto paling pamungkas..

               tersenyum lebar (meski matanya berkaca2 lagi); itu foto Hesty saat kamera Papa Hesty
               rusak..  di  sebelah  pohon  palem  yg  baru  setinggi  mereka.  Rambut  ikal..  wajah

               menggemaskan,  berebut  mengacungkan  dua  tangan  ke  depan,  tertawa..  "hanya  utk

               selembar  foto  ini,  Tigor  semalaman  kehujanan  di  halaman...  aku  yg  memaksanya
   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82