Page 572 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 572

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                dimulai pada Juli 1946. Menurut Penders, perubahan sikap Papare yang
                dianggap  anti-Indonesia  dan  kemudian  menjadi  pendukung  Ratulangi
                disebabkan karena adanya kekecewaan Silas Papare terhadap keputusan
                pemerintah  yang  menolak  dirinya  menghadiri  konferensi  Malino  dan
                karena  kekecewaanya  yang  melihat  begitu  lambannya  pertumbuhan
                sosial  ekonomi  pasca  perang  dibawah  Pemerintah  Belanda  (Penders,
                2002).

                        Sesudah  perang,  Silas  Papare  dipekerjakan  di  rumah  sakit
                Hollandia.  Di  sinilah  Silas  Papare  terlibat  dalam  berbagai  diskusi
                menyangkut perkembangan tentang proklamasi Indonesia melalui radio
                dengan  elit  Irian  Barat  lainnya  seperti  Marcus  Kaisiepo  yang  sedang
                mengikuti  pendidikan  singkat  Pamong  Praja.  Dalam  diskusi  tersebut,
                seperti  sudah  dijelaskan  di  uraian  sebelumnya,  Silas  Papare
                menunjukkan  sikap  bahwa  orang  Irian  Barat  tidak  menghendaki  apa
                pun  dengan  adanya  proklamasi  tersebut.  Kemudian,  pada  Februari
                1946,  Silas  Papare  dikembalikan  ke  Serui  dan  bekerja  di  rumah  sakit
                             111
                Kristen Serui.  Alasan kepulangannya ke Serui tidak disebutkan dalam
                berbagai sumber baik pemerintah maupun arsip pribadi.


                9.9. Aktifas PKII di Serui dan Sekitarnya.
                        Sebagai  akibat  dari  aktivitas  PKII,  beberapa  pegawai  pamong
                praja  dihukum  dan  bahkan  dipecat.  Untuk  meredam  kegiatan  ini,
                dikirim asisten bestuur asal Ambon untuk menempati kampung Waren
                dan Wonti. Pemecatan beberapa anggota PKII oleh pemerintah Belanda
                juga  mengakibatkan  pergantian  susunan  badan  pengurus  yang  baru
                                                112
                dengan Silas Papre sebagai ketua.
                        Dengan  perubahan  struktur  kepemimpinan  ini,  maka  segera
                dibentuk PKII cabang di beberapa tempat di Serui. Diperkirakan sampai
                                                                                  113
                dengan  1948  anggota  PKII  di  Serui  mencapai  2.  000  orang.
                Keanggotaan PKII melibatkan pegawai pemerintahan antara lain guru,
                pegawai di tingkat distrik dan kampung yang aktif berkampanye untuk
                kemerdekaan Indonesia.
                                       114
                        Perkembangan kesadaran politik di Serui pada 1948 menjadi isu
                penting  bagi  pemerintah  Belanda.  Pemerintah  Belanda  menemukan
                bahwa akibat dari aktivitas PKII, masyarakat di Serui menjadi sadar akan
                pentingnya  kemerdekaan  Indonesia  bagi  Irian    Barat.  Lagerberg




                560
   567   568   569   570   571   572   573   574   575   576   577