Page 578 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 578

Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


                        Hanya  setahun  di  Biak,  Petero  Jandi  dapat  memobilisasi
                pemuda-pemuda  di  Biak.  Stefanus  Josef  dan  Petero  Jandi  berhasil
                mempengaruhi  dua  tahanan  di  penjara  Biak,  yaitu  seorang  asal  Biak
                yang  bernama  Hermanus  Rumere  dan  seorang  berasal  Ambon  yang
                bernama Watti. Stefanus Josef dan Watti memimpin penyerangan pada
                pusat  amunisi  dan  penjara  Biak  pada  14  Maret  1948.  Salah  seorang
                tokoh penting dalam rencana penyerangan itu adalah Hanoch Rumbrar
                yang merupakan salah seorang juru tulis pamong praja di Korido dan
                bawahan  langsung  HPB  yang  juga  dekat  dengan  Stefanus  Josef. 133
                Hanoch Rumbrar menjadi mediator antara Petero Jandi dan masyarakat.
                Sejak  Januari  hingga  Februari,  Hanoch  Rumbrar  ditugaskan  untuk
                mengadakan  kampanye  di  masyarakat  dengan  menyatakan  bahwa
                pertama;  dalam  kaitan  dengan  kolonisasi,  pemerintah  Belanda
                bermaksud  mengambil  tanah  milik  orang  Irian  Barat.  Kedua,  seluruh
                wilayah  di  kepulauan  ini  sudah  memperoleh  pemerintahan  mereka
                sendiri  sementara  Irian  Barat  belum  karena  Belanda  masih
                menginginkan  mempertahankan  kekuasaannya  di  sini.  Selama
                pemerintahan Belanda masih di sini maka rakyat akan dipaksakan untuk
                                134
                membayar pajak.
                        Sementara itu, sejak Januari hingga 10 Maret 1948, Petero Jandi
                bersama  Stefanus  Josef  juga  mengadakan  propoganda  di  kampung-
                kampung,  dengan  mengunjungi  beberapa  keluarga  untuk  mendapat
                dukungan.  Kampanye  itu  tentang  perlunya  perjuangan  seluruh  rakyat
                Indonesia,  termasuk  rakyat  di  Biak  untuk  menentang  Belanda.  Dalam
                propoganda  itu  dikatakan  bahwa  apabila  masyarakat  tidak  dapat
                dilepas dari Belanda maka Irian Barat tidak akan berdiri sendiri dan tidak
                akan  pernah  menjadi  bagian  dari  ―Republik  Sukarno‖.  Belanda  akan
                menjadikan  Irian  Barat  sebagai  koloninya,  sebagai  salah  satu  propinsi
                dari  negeri  Belanda.  Petero  Jandi  juga  mencoba  mengadakan
                pendekatan dengan beberapa kepala kampung di Biak, namun rakyat di
                kampung-kampung menolak untuk bekerja sama, bukan karena mereka
                pro-Belanda, melainkan karena rakyat masih mengalami trauma dengan
                peristiwa  Manseren  pada  1942-1943.   Keterlibatan  dalam  kegiatan
                                                      135
                PKII  akan  menimbulkan  banyak  resiko  dan  akan  membangkitkan
                kembalinya gerakan Manseren Koreri.
                        Untuk memperkuat perlawanannya, Petero Jandi juga berupaya
                mencari  dukungan  dari  PKII  di  Serui.  Dikatakan  pula  bahwa  Stefanus
                Josef  dan  Petero  Jandi  pernah  mengirim  dua  surat  ke  kelompok



                566
   573   574   575   576   577   578   579   580   581   582   583