Page 44 - Jurnal Sejarah Abad Historiografi Pendidikan Indonesia
P. 44
Mempertahankan Identitas dan Memenuhi Kebutuhan: Pendidikan Swasta di Pekalongan Awal Abad Ke-20 | 39
Kebutuhan pendidikan masyarakat sekarang ini berlainan djaoeh den-
yang menekankan aspek kultural dan as- gen adat jang dilakoeken sebeloem
pek material berorientasi sama yaitu pen- 10 tahoen jang telah laloe, Apalagi
egasan identitas kelompok atau komunitas. adat jang dilakoekan pada djaman
Namun, aspek tersebut tidak sepenuhnya 100 tahoen jang telah silam poen dja-
man jang beloem lalaoe kita indjak
diterima oleh masyarakat. Pergeseran ori- setahoen, sepoloeh tahoen jang aken
entasi pendidikan dalam wujud sekolah datang tentoe berbeda dengan seka-
swasta mengarah pada hal-hal baru, tidak rang ini” (Perdamaian, 1917).
lagi hanya menekankan aspek kultural dan Orientasi pengajaran lain yang dike-
material, tetapi lebih pada aspek keberlan- hendaki oleh generasi muda yaitu tentang
jutan jenjang pendidikan tinggi. pengajaran bahasa. Bahasa Belanda diajar-
kan pada beberapa sekolah yang diperun-
Orientasi Baru: Pendidikan tukan bagi golongan Eropa dan elite pribu-
Berkelanjutan mi. Keberadaan sekolah Tionghoa yang
Pergeseran orientasi pendidikan dalam diselenggarakan oleh pemerintah (HCS)
sekolah swasta bukan tanpa perdebatan. juga mendapatkan respon negatif dari gen-
Generasi tua menginginkan bahwa pendi- erasi tua yang tidak menginginkan adanya
dikan ditekankan pada aspek kultural dan pengajaran bahasa selain bahasa Tionghoa.
material, dan generasi muda yang mengh- “Difihak jang tida moefakat sama
endaki adanya pembaruan pendidikan yang sekolahan HCS soeda tjelah kalang
tidak hanya menekankan pada kedua aspek kaboet perboeatannja marika itoe
tersebut. Pemerintah kolonial melalui se- jang masoeken anak-anaknja di HCS
kolah model Barat yang telah melakukan lantaran dianggep soeda blakangken
perluasan pendidikan pada jenjang pendi- sama bahasanja sendiri. Difihak jang
moefakat soeda trima dengen goem-
dikan tinggi pada tahun 1920-an (Sartono, bira itoe sekolahan, lantaran marika
1990). Generasi muda lebih cenderung soeka sama peladjaran ollanda bahasa
terbuka terhadap perubahan. Mereka lebih mana perloe dianggep djoega boeat
mampu untuk beradaptasi dan berinterak- dikenal oleh pendoedoek di Hindia
si terhadap nuansa modern. Budaya lama ini, dimana jang memerentah ada
yang dipegang oleh generasi sebelumn- bangsa ollanda.” (Perdamaian, 1917)
ya tidak menarik lagi bagi generasi muda Pergeseran orientasi lainnya juga
yang telah mempunyai pandangan baru. dapat dilihat dari adanya kesadaran pent-
Generasi muda cenderung untuk menerima ingnya pengajaran umum. Pengajaran
modernitas (Wertheim, 1999: 241-244). yang dimaksudkan tidak hanya terbatas
Generasi muda mengganggap bahwa adat pada pengetahuan adat-istiadat, akan teta-
yang berlaku bagi generasi sebelumnya su- pi juga pengetahuan dari pelajaran umum
dah relevan, pernyataan tersebut tercermin lain. Pengajaran umum yang diberikan ter-
dalam kutipan berikut, utama pada kaum perempuan diharapkan
“Ma’loemlah soedah toean-toean! dapat menjadi pengetahuan yang berguna
Adat jang digoenaken pada waktoe di masa mendatang, seperti halnya pada
Vol. 03 | No. 1 | Juni 2019