Page 41 - Jurnal Sejarah Abad Historiografi Pendidikan Indonesia
P. 41

36 | Duwi Asri Suryaningsih

           intah  atau  dapat  dikatakan  sebagai  keti-   Dalam dekade pertama awal abad ke-
           daksungguhan pemerintah untuk melaku-       20, Hoedjin Hwee, Komunitas perempuan
           kan perluasan pendidikan.                   Tionghoa Pekalongan mengupayakan pen-
                                                       didikan bagi perempuan Tionghoa. Tentun-
           Pendidikan Awal: Mempertahankan             ya, pendidikan yang diberikan berorientasi
           Adat-Tradisi dan Penguatan Ekonomi          pada pendidikan dasar tentang kesopanan
                                                       serta pengetahuan adat-istiadat perempuan
           Pada awal abad ke-20 Indonesia memasu-      Tionghoa. Kemajuan pendidikan juga dili-
           ki masa perkembangan  kesadaran  kolek-     hat dari pemahaman mengenai adat istiadat
           tif  yang mendukung ke arah solidaritas     yang berlaku, termasuk dalam penguasaan
           umum. Perkembangan surat kabar seiring      bahasa  (Tionghoa)  yang  menggambarkan
           dengan pergerakan nasional yang tidak       keterikatan dengan daerah asal (Tiongkok).
           hanya bersifat politik semata, tetapi juga   Kepentingan komunitas dalam mengarah-
           ekonomi, sosial, dan kultural. Pergerakan   kan pengikutnya tercermin dalam ketentu-
           tersebut menuntut masyarakat untuk aktif    an-ketentuan pengetahuan yang diajarkan,
           berpartisipasi untuk mengusahakan kema-     sebagaimana  yang  disosialisasikan  Hoed-
           juan (Sartono, 1990: 116; Shiraishi, 1997).   jin-Hwee melalui surat kabar lokal Peka-
           Dengan demikian berkembanglah komuni-       longan,
           tas atau perkumpulan sebagai media komu-        “No.1 di larang berdjoedi, No.2 di
           nikasi  yang  kemudian  turut menyediakan       larang  makan  sirih, No.3. di larang
           layanan publik bagi masyarakat, khususn-        pake  sarong kebayak  kaloe pigian
           ya dalam bidang pendidikan.                     naek treim atau roemah orang man-
                                                           toe, dimistiken  pake  Twa Kie Koen
               Diskriminasi rasial sebagaimana yang        dan sepatoe. No.4. di larang pake
           disebutkan  sebelumnya  membawa  polari-        perhiasan  mas  inten  jang  berharga
           sasi masyarakat. Komunitas dan surat ka-        besar. No.5. di larang bicara Djawa,
           bar bagaikan dua sisi mata uang yang tidak      lebih  baik bitjara  Melajoe  dan dari
           terpisahkan.  Keduanya  mempunyai  peran        sedikit adjar bitjara bahasa Tionghoa.
           masing-masing  untuk turut hadir dalam          No.6. dalem  pertemoean  satoe  sama
           masyarakat.  Sebagai alternatif  penyedia       lain Lie Hoedjiin mesti Kiong Tjhioe.
           layanan  pendidikan,  komunitas  mempu-         No.7. di larang potong gigi gadis jang
                                                           hendak dinikahken (pasah). No.8. di
           nyai peran sebagai penentu arah orientasi       larang kasih pakean mas inten papa
           pendidikan.  jika pendidikan model  barat       anak-anaknja. ”(Perdamaian, 1917)
           dari pemerintah kolonial ditujukan untuk        Pengetahuan kebahasaan dalam suatu
           menjadi  pegawai pemerintah,  maka  pen-    kelompok  masyarakat  merupakan  faktor
           didikan alternatif dari komunitas pada mu-  yang utama. Pada saat itu tolok ukur ke-
           lanya mempunyai orientasi yang sederhana    majuan  sebuah generasi  adalah  pemaha-
           yaitu mengembangkan nilai-nilai komuni-     man adat-istiadat.  Kurangnya perhatian
           tas yang berlaku untuk kemudian diwa-       terhadap pengajaran bahasa menunjukkan
           riskan kepada anak-anak sebagai generasi    suatu kemunduran.  Penguasaan bahasa
           penerus.
                                                       dinilai sebagai manifestasi cinta dan peng-



               Jurnal Sejarah
   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46