Page 96 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 96
Sejarah Pemikiran Indonesia Modern
beralamatkan di tempat tinggal Mohammad Hatta di Schoone
Bergerweg 51 B, Rotterdam, berdekatan dengan Handels Hoge school.
Dalam rangka peringatan ulang tahun Indonesische Vereeniging ke-15 pada
1923, Mohammad Hatta dan kawan-kawan diberi tugas menyusun
Gedenkboek Indonesische Vereeniging 1908-1923 yang diterbitkan pada
April 1924. Buku tersebut berisi 13 (tigabelas) artikel yang menggunakan
40
nama samaran untuk kepentingan pengamanan pribadi para
pengarangnya.
Salah satunya, tulisan Mohammad Hatta yang saat itu berusia 21
tahun, sangat tajam dan meyakinkan tentang posisi ekonomi berjudul
“Indonesia in de Wereldgemeenschap” (Indonesia Dalam Masyarakat
Dunia). Dalam tulisan tersebut, Hatta mengutip uraian J.E. Stokvis
(Sosialis) yang menyatakan bahwa:
“Bermilyar-milyar keuntungan mengalir dari Hindia”, dan bahwa
“harta kekayaan yang ditanam di bumi Hindia mempergunakan tenaga-tenaga
kerja kaum pribumi yang dibayar terlalu minim”.
Sebagai bukti dikemukakan pula angka-angka yang menunjukkan
keuntungan yang diperoleh dalam tahun-tahun peperangan. Pada akhir
Perang Dunia I Handels Vereneeging Amsterdam (HVA) mengeluarkan
keuntungan sebesar 60% di tahun 1920”.
Gedenkboek mendapat kecaman keras dari kaum kolonialis
Belanda yang memberi cap bahwa Indonesische Vereeniging sudah
melangkah ke arah yang membahayakan. Selain artikel-artikelnya, juga
gambar sampul bukunya, yakni warna merah putih dan ditengah-tengah
terdapat gambar kepala kerbau. Selain itu, di halaman cover dalam
terdapat lukisan Pangeran Diponegoro yang menggemparkan kalangan
pemerintah Belanda dan pensiunan Belanda yang pernah bertugas di
Hindia Belanda, seperti gubernur jenderal, residen, dan sebagainya. Pers
Belanda juga memberi berbagai komentar tajam tentang isi Gedenkboek
tersebut. Mereka tidak menduga bahwa para pelajar Hindia memiliki
pengetahuan mendalam tentang sejarah penjajahan Belanda, soal-soal
aktual mengenai keadaan di Hindia Belanda, dan masalah politik
internasional.
Meskipun demikian, sikap radikal organisasi mahasiswa
Indonesia di Belanda ini tidak berkurang, malah bertambah tinggi
suhunya di masa kepemimpinan Nazir Pamuncak yang susunan lengkap
pengurusnya, yakni Nazir Pamuncak (ketua), A.A. Maramis (sekretaris),
R. Soewarno (bendahara), Soekiman (komisaris). Dan Mohammad
Nazif (archivaris). Pada rapat anggota 1 Mei 1924, Nazir Pamuncak
88 Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya