Page 98 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 98

Sejarah Pemikiran Indonesia Modern



                menegaskan  dalam  rapat  tersebut  tentang  apa  yang  didengar  langsung
                dari Noto Soeroto sebagai anggota organisasi  tidak dapat dibenarkan.
                Arnold  menyatakan  bahwa  tidaklah  tepat  Noto  Soeroto  memuji  Van
                Heutsz  yang  tidak  berperikemanusiaan  dalam  menindas  perlawanan
                rakyat  Indonesia,  yang  hendak  mencari  kebebasan  dan  kemerdekaan.
                Sikap  yang  demikian  berlawanan  dengan  cita-cita  perjuangan
                Indonesische  Vereeniging.  Oleh  sebab  itu,  Arnold  menuntut  agar  Noto
                Soeroto  dikeluarkan  dari  Indonesische  Vereeniging.  Rapat  anggota
                menyetujui  tuntutan  Arnold  Mononutu  sehingga  Noto  Soeroto
                diberhantikan  dari  Indonesische  Vereeniging,  setelah  diberi  kesempatan
                kepadanya untuk membela diri.
                        Tindakan  yang  sama  dilakukan  pula  terhadap  J.B.  Sitanala,
                bekas  sekretaris  Indische  Vereeniging.  Ketika  diadakan  rapat  untuk
                memberhentikan Noto Soeroto, ia tidak hadir.  Sitanala mengirim surat
                kepada surat kabar Het Algemene Handelsblad yang dimuat dalam kolom
                surat  pembaca  pada  terbitan  3  Januari  1925  dengan    judul  ”Een  Booze
                Geest”  (Suatu  Semangat  Jahat).  Dalam  suratnya  itu,  ia  menyerang
                anggota dan pengurus Indonesische Vereeniging, yang telah mengeluarkan
                Noto Soeroto dari organisasi. Ia mengirim surat dua kali kepada Surat
                kabar tersebut dengan nada yang sama. Nazir Pamuncak sangat marah
                terhadap  sikap  Sitanala  itu.  Mereka  mengadakan  rapat  anggota  dan
                mengundang  Sitanala  untuk  mempertanggungjawabkan  isi  suratnya
                tersebut. Dalam rapat itu, pihak pengurus menjelaskan kepada Sitanala
                bahwa  sebenarnya  ia  boleh  berpendapat  lain,  namun  ia  tidak  boleh
                membeberkan  kepada  pers.  Sitanala  tidak  dapat  membela  dirinya  dan
                mau menerima resiko yang ditimpakan kepadanya akibat perbuatannya
                tersebut.  Dalam  pemungutan  suara,  ternyata  para  anggota  setuju  agar
                Sitanala  diberhentikan  dari  keanggotaan  Indonesische  Vereeniging.
                Tindakan  Indonesische  Vereeniging  dengan  mengeluarkan  dua  orang
                anggota  berturut-turut  hanya  dalam  jangka  waktu  sebulan,  mendapat
                sorotan  tajam  dari  pers  kolonial  Belanda.  Mereka  memperingatkan
                pemerintah  Belanda  agar  berhati-hati  terhadap  Indonesische  Vereeniging
                yang  semakin  radikal  dan  dapat  mengancam  kepentingan  Belanda  di
                Hindia Belanda.
                        Pasca  rapat  pemecatan  Sitanala,  dilakukan  pemilihan  pengurus
                baru  yang  berhasil  memilih  Soekiman  Wirjosandjojo  (ketua),  Arnold
                Mononutu  (wakil  ketua),  Soerono  (sekretaris  I),  Mohammad  Hatta
                (sekretaris  II),  Amir  (komisaris),  dan  Muhammad  Yusuf  (komisaris).
                Pengurus  Indonesische  Vereeniging  ini  jumlahnya  lebih  banyak  daripada
                jumlah anggota pengurus sebelumnya yang berkisar 5 (lima) orang saja.



                90     Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya
   93   94   95   96   97   98   99   100   101   102   103