Page 91 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 91
Sejarah Pemikiran Indonesia Modern
Islam. Mereka inilah yang merencanakan dan mengusahakan kegiatan-
kegiatan yang lebih memberikan bantuan dari pengetahuannya bagi para
anggota yang lain. “Lembaga Inti” ini didirikan besifat setempat-
setempat, bergantung kepada tenaga yang ada di tempat tersebut.
Misalnya, di Bandung lembaga itu dipimpin oleh Mohammad Natsir,
dan mempunyai hubungan erat dengan Persatuan Islam (Persis) yang
dipimpin oleh ulama A. Hassan. JIB berdasarkan agama Islam, maka di
dalam pergerakan dan pergaulan sehari-hari terdapat batas-batas tertentu
antara anggota-anggota pria dan wanita. Kemudian didirikanlah bagian
wanita dengan nama Jong Islamieten Bond Dames Afdeeling (JIBDA).
Sebagai organisasi yang mendasarkan pada agama Islam, maka
dalam kegiatan dan pergaulan sehari-hari terdapat batas-batas antara
pria dan wanita. Kemudian didirikan JIB bagian wanita yang disebut
Jong Islamieten Bond Dames Afdeeling (JIBDA). Salah satu
anggautanya yakni Siti Soekaptinah (istri Soenarjo Mangoenpoespito)
yang sebelumnya adalah anggota Jong Java dan masuk menjadi
anggauta JABDA setelah organisasi ini didirikan di Yogyakarta. Siti
Soekaptinah memasuki JIBDA, karena ia ingin meyakinkan para pelajar
atas ke-Islamannya dengan studi yang kritis dan bertoleransi terhadap
orang yang berpendirian lain.
Selain itu, organisasi JIBDA menempatkan kedudukan yang
tinggi dan terhormat bagi wanita, sama dalam kedudukan dan dalam
hukum dengan laki-laki, sebagai rekan atau partner. Penekanan hal
tersebut diperlukan, karena nuansa pemikiran Indonesia saat itu diliputi
oleh persoalan-persoalan terkait wanita, terutama dalam hubungannya
dengan Islam. Tujuan lain pendirian JIBDA, yakni untuk melatih para
anggautanya agar menjadi wanita Islam sejati dan untuk membela serta
melindungi hak-hak wanita sesuai dengan jaran Islam. Dalam JIBDA
mulai didiskusikan pula tentang kedudukan wanita dalam Islam,
kedudukan wanita dalam masyarakat, pergaulan bebas (vrije omgang),
34
dan poligami . Dalam Kongres Perempuan Indonesia Pertama pada
1928, JIBDA ikut serta dengan melibatkan ketua JIBDA Cabang
Yogyakarta Siti Soekaptinah menjadi penulis I. Adapun kongres tersebut
menghasilkan pendirian Badan Permufakatan yang meliputi semua
organisasi-organisasi wanita Indonesia yang disebut “Perikatan
Perkumpulan Perempuan Indonesia” (PPPI), dalam hal ini JIBDA pun
turut aktif di dalamnya.
Di samping itu, JIB dengan pengikut sejumlah 4000 orang dan
telah membentuk suatu “Lembaga Inti” (Kern Lichaam) dengan
anggauta-anggautanya yang telah dianggap banyak mengetahui tentang
Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya 83