Page 87 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 87

Sejarah Pemikiran Indonesia Modern




                          “Andaikata  usul  itu  ditambah,  seharusnya  agama-agama  lain,  saya
                rasa Samsuridjal tidak keberatan. Ia mengusulkan agama Islam karena agama
                tersebut agama mayoritas rakyat”.

                Usul  itu  diterima  dengan  sederhana,  tetapi  ditolak  dengan  berbagai
                macam  tuduhan,  bahwa  Samsuridjal  dianggap  bermain  politik.
                Sesungguhnya dalam pemungutan suara yang dilakukan dalam Kongres
                Jong  Java  itu  terdapat  dua  pandangan  yang  setuju  Islam  dan  yang
                menolaknya  memiliki  kekuatan  sama,  sehingga  terjadi  dua  kali
                pemungutan suara. Sesuai tata tertib organisasi, persoalan itu diserahkan
                pada keputusan yang diambil ketuanya. Dalam wewenangnya, akhirnya
                Samsuridjal  menyatakan  usulnya  itu  tidak  diterima  kongres.  Adapun,
                kongres  yang  berlangsung  dari  27  hingga  31  Desember  1924  tersebut
                juga  dihadiri  para  pemuka  agama,  seorang  pastur  Katolik,  seorang
                pendeta  Protestan,  seorang  Theosofi;  sedang  ulama  Islam  yang  hadir
                adalah Haji Agus Salim. Dimasukkannya usulan supaya Islam dijadikan
                pelajaran  wajib  dalam  Jong  java,  disebabkan  agama  Katolik  dan
                Protestan  serta  Theosofi  telah  dimasukkan  sebagai  pelajaran  bagi
                                          30
                anggota-anggota Jong Java .
                         Selanjutnya, Samsuridjal meminta pertimbangan dan dukungan
                tentang  perlunya  mendirikan  organisasi  pelajar  yang  beragama  Islam
                dengan  maksud  untuk  mempelajari  Islam  pada  tiga  orang,  yakni  Kiai
                Ahmad  Dahlan,  Tjokroaminoto,  dan  Haji  Agus  Salim  yang  kemudian
                merestui  usulan  tersebut.  Selain  itu,  sejumlah  kawan-kawannya  yang
                pada Kongres ke VII Jong Java mendukung usulannya, menyatakan siap
                mendukung  gagasannya  itu  dan  siap  bekerja  sama.  Akhirnya,
                Samsuridjal  memutuskan  bahwa  tempat  rapat  dilaksanakan  di  sebuah
                sekolah  Muhammadiyah  di  daerah  Kauman,  Yogyakarta.    Rapat
                pembahasan  yang  berlangsung  penuh  semangat  dan  banyak  masukan,
                saran,  serta  dialog  yang  lama  sudah  direkam  dan  diakomodasikan
                tersebut,  terlaksana pada malam hari dengan penerangan lampu tempel.
                         Dalam  rapat  itu  pula  disepakati  nama  organisasi  baru  yakni
                Jong  Islamieten  Bond  (JIB)  yang  secara  resmi  dinyatakan  berdiri  di
                Weltevreden, Batavia  pada 1 Januari 1925. Organisasi baru ini dipimpin
                oleh  Samsuridjal  dan  H.  Agus  salim  diangkat  sebagai  penasehat  JIB.
                Adapun, asas dan tujuan yang tercantum dalam Anggaran Dasar tertulis
                dalam  bahasa  Belanda,  yaitu  pertama,  mempelajari  agama  Islam  dan
                menganjurkan agar ajarannya diamalkan; kedua, menumbuhkan simpati
                terhadap  Islam  dan  pengikutnya,  di  samping  toleransi  yang  positif
                terhadap  orang-orang  yang  berlainan  agamanya).  Di  samping  itu,




                                              Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya   79
   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91   92