Page 89 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 89

Sejarah Pemikiran Indonesia Modern




                sangat  penting  dan  sudah  merupakan  suatu  keharusan  untuk  kembali
                                                              32
                memahami dan mempelajari ajaran agama Islam .
                        Dalam  sebuah  rapat  terbuka  di  Batavia,  Samsuridjal
                menyampaikan sikap, keyakinan dan cita-cita JIB. Utamanya, sikap JIB
                terhadap  kaum  perempuan  yang  menempatkan  mereka  pada  posisi
                terhormat.  Untuk  merealisasikan  gagasan  itu,  dalam  tubuh  JIB  akan
                dibentuk  wadah  tersendiri,  namun  tidak  terlepas  dari  organisasi
                induknya.  Kemudian  dikemukakan  juga  mengenai  sikap  JIB  terhadap
                perkumpulan  pemuda  lainnya  dan  kaum  pergerakan  nasional  pada
                umumnya.  Menurutnya,  JIB  akan  menempatkan  posisi  mereka  sama
                derajat dan JIB siap bekerja sama. Sementara sikap JIB terhadap politik
                adalah  membolehkan  anggota-anggotanya  untuk  terjun  dalam  bidang
                politik,  namun  dalam  aksinya  tersebut  tidak  boleh  membawa  nama
                organisasi.
                         Walaupun  demikian,  kehadiran  JIB  inipun  ada  yang
                menyambutnya  dengan  perasaan  tidak  suka,  karena  JIB  membawakan
                bentuk nasionalisme baru. Seorang pemimpin pemuda yang menentang
                mengatakan:
                    ”Alles wat ruikt naar Indonesische nationalism, moet worden bestreden met
                hand en tand”  (Apa saja yang berbau nasionalisme Indonesia harus diberantas
                dengan segala daya upaya).

                Pada  saat  itu  memang  masih  belum  menjadi  kesadaran  umum,  baru
                kesadaran  mayoritas.    Namun,    dalam  waktu  beberapa  bulan  saja  di
                kota-kota  besar,  seperti  Bandung,  Semarang,  Yogyakarta,  Solo,
                Surabaya, Malang, Bogor, Medan, dan Makasar telah didirikan cabang-
                cabang JIB. Oleh karena keaggotaannya sebagian besar Kaum Pelajar,
                maka cabang-cabang JIB hanya dijumpai di kota-kota besar, seperti kota
                propinsi  dan  karesidenan.  Pada  akhir  tahun  1925,  JIB  mengadakan
                kongres  pertama  di  Yogyakarta  yang  dipimpin  Samsuridjal.  Pada
                kongres  ini,  Samsuridjal  yang  telah  memimpin  JIB  selama  setahun
                (1925-1926)  meletakkan  jabatannya  dan  diganti  oleh  Wiwoho
                Poerbohadidjojo (1926-1930).
                        Walaupun  demikian,  keberadaan  JIB  pun  menimbulkan  suara-
                suara yang mempertanyakan masalah kebangsaan di dalam perjuangan
                JIB. Seperti:
                         “Bagaimana sikap JIB terhadap rasa kebangsaan yang sedang bangkit
                di  kalangan  pemuda  pelajar?,  “Apakah  JIB  cukup  memberi  bimbingan  agar
                para  pemuda  Islam  tetap  menjadi  nasionalis  yang  akan  memimpin  rakyat
                menuju kemerdekaan tanah air?” Sehubungan dengan Islam bukanlah agama




                                              Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya   81
   84   85   86   87   88   89   90   91   92   93   94