Page 85 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 85

Sejarah Pemikiran Indonesia Modern




                dan  alumni  STOVIA,  seperti    dr.  L.  Tamaela,  dr.  J.  lisapaly,  dr.  J.
                Tupamahu, dr. J. Kajadu, G. Rehatta, C.J. Kapitan, J. Malaihollo, D.
                Tahitu, W. Putiray, J. Leimena.
                        Setahun  kemudian  muncul  dua  aliran  dalam  perkumpulan  ini.
                Pertama,  adalah  sebagian  pelajar  yang  tidak  puas  dengan  peran  Jong
                Ambon  yang  hanya  bergerak  di  bidang  olah  raga.  Ditengah-tengah
                gelombang pergerakan nasional, mereka berpendapat bahwa pendidikan
                harus diutamakan. Oleh karena itu kelompok ini  mendirikan Vereeniging
                Ambonsche  Studenten  (VAS)  yang  dipimpin  Toule  Salahuwey,  seorang
                pelajar  Recht  Hoge  School  (RHS)  dan  J.  Leimena,  seorang  pelajar
                STOVIA.  VAS/Jong  Ambon  ini  menyatukan  diri  dengan  pergerakan
                pemuda  Indonesia  dan  dalam  Kongres  Pemuda  Indonesia  Ke  I  pada
                1926,  Jong  Ambon  diwakili  Toule  Salahuwey,  dr.  Kajadu  bersama
                isterinya. Pada Kongres Pemuda ke II 1928 yang berhasil mencetuskan
                Sumpah  Pemuda,  J.  Leimena  ikut  berperan  dalam  peristiwa  tersebut.
                Kedua,  Jong Ambon yang aktivitasnya lebih pada sepak bola dipimpin
                G. Rehatta dan berhasil mengembangkan sayapnya di kota-kota besar di
                Jawa. Kesadaran nasionalismenya yang terus dikembangkan menjadikan
                warna  kostum    klub  Jong  Ambon  ini  adalah  merah  putih.
                Nasionalismenya  ini  menjadi  “duri”  bagi  pemerintah  Hindia  Belanda
                untuk  mengakui  sebagai  badan  hukum,  meskipun  pada  akhirnya
                permohonan  Jong  Ambon  dipenuhi  pemerintah  untuk  memperoleh
                                                 26
                rechtpersoon pada 1 November 1930 .
                        Selanjutnya  berdiri  pula  perkumpulan-perkumpulan  para
                pemuda  kedaerahan  lainnya  yang  kebanyakan  didirikan  oleh  para
                pelajar atau alumni STOVIA, yakni Jong Minahasa yang didirikan pada
                1918  dengan  tokoh-tokohnya  J.  pantaouw  dan  Diena  Pantaouw
                (menjadi  istri  Mr.  Sunario);  Jong  Celebes  dengan  tokoh-tokohnya,
                diantaranya  Arnold  Mononutu,  Waworuntu,  Magdalena  Mokoginta
                yang menjabat sekretaris dan anggota delegasi Kongres Indonesia Muda
                di  Solo.  Perkumpulan  ini  menerbitkan  majalah  bernama  “Suara
                Celebes”;  Jong  Timoresche  Verbond  dengan  tokohnya,  antara  lain  J.W.
                Amalo;  dan Jong Batak.
                        Munculnya  Jong-Jong  tersebut  yang  kemudian  melakukan
                pendekatan satu sama lain, telah mencuatkan pemikiran dari Hatta dan
                Bahder Djohan, “apakah pergerakan pemuda yang telah ada, yakni JSB,
                Jong  Java,  Jong  Minahasa,  Jong  Ambon,  Jong  Celebes,  Jong
                Timoresche,  Jong  Batak  dapat  dipersatukan  menjadi  Jong  Indie.
                Tampaknya pikiran  ini terlintas pula dari Jong Java.  Jong Java dalam
                kongres  ke  IV  di  Bandung  pada  1921  memutuskan  diadakan  federasi




                                              Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya   77
   80   81   82   83   84   85   86   87   88   89   90