Page 80 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 80

Sejarah Pemikiran Indonesia Modern



                diperbolehkan  setelah  tamat  sekolah.  Dengan  demikian,  upaya  untuk
                meningkatkan kesadaran para pelajar terhadap aktivitas politik kalangan
                pergerakan  mengalami  hambatan.  Para  pelajar  Jong  Java  seakan-akan
                telah  terpasung  oleh  aturannya  sendiri,  sehingga  mereka  tidak  bisa
                mengekspresikan  dirinya  dalam  upaya  merespon  tuntutan  masyarakat
                luas yang tengah membutuhkan obor penerang dalam usaha mencapai
                pembebasan nasional.
                           Walaupun  demikian,  kebekuan  terhadap  gagasan-gagasan
                pembaharuan  dalam  tubuh  Jong  Java  tidak  berlangsung  lama.  Pada
                Kongres  ke-VII  di  Yogyakarta  pada  Desember  1924,  pengurus  besar
                Jong Java atas nama ketuanya, Samsuridjal mengusulkan tiga persoalan
                yang seharusnya diberlakukan agar Jong Java menjadi lebih dinamis dan
                aspiratif  terhadap  persoalan-persoalan  rakyat.  Dengan  usulan  tersebut,
                diharapkan  agar  Jong  Java  mampu  memunculkan  kaum  muda  yang
                patriotik dan berwawasan kerakyatan. Samsuridjal memandang penting
                bagi  Jong  Java  untuk  melakukan  kegiatan  yang  lebih  mendatangkan
                semangat  dan  karakter  jiwanya  serta  perasaan  nasionalistik  dalam
                dirinya.  Baginya  anggota  yang  sudah  dewasa  (di  atas  18  tahun)
                hendaknya  dibebaskan  untuk  mengikuti  kegiatan  politik  praktis.
                Menurut  pandangan  Samsuridjal,  bahwa  untuk  membantu  pemberian
                kegiatan kursus-kursus itu dibutuhkan anggota-anggota luar biasa yang
                bisa mengarahkan jalannya kegiatan itu.
                           Usulan  ini  dimaksudkan  agar  Jong  Java  bisa  meningkatkan
                komitmen  kebangsaannya.  Sebagai  jalan  menuju  arah  tersebut,  yakni
                dengan mengadakan kursus-kursus agama Islam bagi anggota Jong Java
                yang beragama Islam, karena agama Islam adalah agama yang dipeluk
                oleh mayoritas penduduk Hindia. Selain itu, menurutnya, banyak para
                pelajar  yang  kurang  paham  lagi  mengenai  ajaran  Islam.  Dengan
                memahami ajaran-ajaran agama Islam, Jong java dapat mengikatkan diri
                dengan  perasaan  rakyat,  dan  untuk  meningkatkan  rasa  patriotism
                anggota Jong Java, sejak awal anggotanya harus mulai dilibatkan dalam
                aktivitas politik.
                           Namun,  usulan  Samsuridjal  tentang  pembaharuan  di  dalam
                tubuh Jong Java ditolak kongres dengan alasan bahwa ia dituduh tengah
                bermain politik. Di samping itu, tengah beredar Sarekat Islam (SI) telah
                menyusupi  Jong  Java.  Dalam  kritiknya,  Haji  Agus  Salim  memandang
                bahwa Jong Java telah menjauhkan pemuda pelajar dari agama Islam.
                Keadaan  ini  menjadikan  Jong  Java  semakin  terperangkap  ke  dalam
                kebekuan terhadap isu-isu di luar organisasi, terutama berkaitan dengan
                semakin  menguatnya  gagasan  pembebasan  nasional  Indonesia.  Pada




                72     Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya
   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85