Page 77 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 77
Sejarah Pemikiran Indonesia Modern
pernah patah. Salah satunya, Soewardi yang menuliskan pesan kepada
kawan-kawannya yang ditinggalkannya di atas kapal “Bulow”, saat
kapal berlayar di Teluk Benggala, dengan judul “Vrijheidsherdenking en
Vrijheidsberooving”. Tulisan berisi gugatan tertanggal 14 September 1913,
yakni agar bangsanya tidak turut dalam merayakan peringatan
kemerdekaan Belanda dan lebih dari itu ia menginginkan agar pesta
perayaan yang telah direncanakan dibatalkan dan dianggap menyakitkan
hati. Selain itu, pada kaum Indo, Soewardi mengingatkan bahwa
sebenarnya mereka telah dijauhkan dari yang berdarah murni dan tidak
termasuk bangsa berkulit putih. Hal ini ditunjukkan dengan adanya lagu
“Wie Neerlands Bloed” (Siapa yang Berdarah Belanda), Soewardi
mengharap agar mereka mau masuk atau menyatu dengan golongan
pribumi, seperti yang dilakukan E.F.E. Douwes Dekker, yakni berjuang
bersama untuk mencapai kemerdekaan bangsa.
2.3. Solidaritas Kesukuan: Pergerakan Pemuda Insuler
Pada permulaan abad 20 merupakan penanda adanya isyarat-
isyarat yang menujukkan kemajuan oleh perkembangan pendidikan
modern yang membawa kesadaran Kaum Pelajar terhadap kehidupan
disekelilingnya. Seperti, lahirnya Boedi Oetomo dalam lingkungan
pendidikan STOVIA pada 1908. Di tanah Minangkabau juga muncul
semangat kebangsaan, pada 1910 berdiri perkumpulan Adabiah yang
dipelopori oleh kaum muda Islam, diantaranya Haji Abdullah Ahmad
dan Haji Abdul Karim Amrullah. Perkumpulan ini kemudian
mendirikan sekolah Adabiah yang mengajarkan pengetahuan umum dan
pelajaran Agama Islam. Bagi daerah Minangkabau yang sebagian besar
penduduknya beragama Islam, maka perkembangan perkumpulan
Adabiah merupakan suatu yang wajar. Pada 1914, Haji Abdullah Ahmad
dan Mohammad Taher Marah Sutan mendirikan H.I.S Adabiah yang
diakui diberi subsidi pemerintah Hindia Belanda.
Tokoh Mohammad Taher Marah Sutan yang mendirikan
“Syarikat Usaha”, menduduki posisi penting dalam perkembangan
faham kebangsaan dan kemajuan di tanah Minangkabau yang perannya
dapat disejajarkan dengan dr. Wahidin Soedirohoesodo dalam
mengembangkan kemajuan dan kebangsaan di Pulau Jawa. Dalam hal
ini, Taher Marah Sutan merupakan penabur benih, pendorong
semangat, dan pencipta iklim perkembangan faham kebangsaan,
terutama di kalangan Kaum Muda, seperti Mohammad Hatta, Bahder
17
Johan, Nazir Datuk Pamuncak, dan Mohammad Yamin .
Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya 69