Page 76 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 76

Sejarah Pemikiran Indonesia Modern



                Belanda,  organisasi  semacam  itu  harus  dilarang  dan  tidak  dapat
                disahkan  AD/ART-nya.    Pada  5  Maret  1913,  pimpinan  partai
                mengajukan lagi permohonan kepada pemerintah untuk pengesahan dan
                pengakuan  sebagai  badan  hukum.    Dalam  permohonan    kedua  ini
                diadakan  perubahan  Anggaran  Dasarnya.  Dalam  pasal  2  Anggaran
                Dasar  disebutkan  bahwa  perkumpulan  dicabut  dan  diganti  kata-kata
                seperti  yang  tercantum  pada  Anggaran  Dasar  Insulinde.  Perkumpulan
                Insulinde merupakan perhimpunan orang-orang Belanda peranakan yang
                bergerak di bidang kemasyarakatan dan politik, meskipun lebih banyak
                ditekankan  pada  bidang  sosial.  Walaupun  demikian,  pemerintah  tetap
                menolak dengan Surat Keputusan tertanggal 11 Maret 1913 .
                                                                        16
                        Pada  31  Maret  1913  pucuk  pimpinan  partai  mengambil
                keputusan dengan maksud hendak menyelamatkan anggota-anggotanya,
                karena Indische Partij akan dibubarkan, yakni dengan memindahkan para
                anggotanya  memasuki  Insulinde  yang  dipimpin  oleh  Douwes  Dekker.
                Dengan cara ini, Indische Partij  dianggap tetap “ada”. Menurut Douwes
                Dekker, hal yang sangat penting dan dibutuhkan adalah suatu organisasi
                nasional  yang  harus  berjuang  untuk  persiapan-persiapan  nyata  dalam
                mencapai  persamaan  derajat  dan  kemerdekaan  bagi  seluruh  bangsa
                Hindia.

                       Akibat  tulisan-tulisan  yang  sangat  kritis  dan  dianggap
                membahayakan  pemerintah  kolonial  maka  tokoh-tokoh  “Tiga
                Serangkai”  ditangkap  dan  diasingkan  ke  negeri  Belanda.  Semula
                Soewardi akan dibuang ke Pulau Bangka, dr. Tjipto ke Banda Neira dan
                Douwes Dekker ke Timor Kupang. Tetapi keputusan itu diubah menjadi
                pengusiran  dari  tanah  air  ke  negeri  Belanda.  “Tiga  Serangkai”  ini
                merupakan  korban  pertama  sejak  tanah  Hindia  diliputi  suasana
                kebangkitan nasionalnya. Hukuman Pemerintah Kolonial terhadap Tiga
                Serangkai  itu  mendapat  simpati  besar  dari  teman-teman  seperjuangan
                yang lain. Hal ini terbukti dari jumlah uang yang berhasil dikumpulkan,
                antara lain oleh Boedi Oetomo dan Sarekat Islam yang memungkinkan
                “Tiga Serangkai” itu berangkat ke tempat pembuangan bersama keluarga
                mereka. Hal ini adalah bukti munculnya rasa setia kawan dan solidaritas
                di kalangan pergerakan rakyat saat itu.

                       Pada  6  September  1913,  tepat  pada  hari  ulang  tahun  Indische
                Partij,  R.M.  Soewardi  Soerjaningrat,  Tjipto  Mangoenkoesoemo  dan
                Douwes  Dekker  berangkat  dari  Pelabuhan  Tanjung  Priok,  Batavia
                menuju ke negeri Belanda, tempat pengasingan. Sungguhpun mendapat
                hukuman  buangan,  namun  semangat  kemerdekaan  ketiganya  tidak



                68     Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya
   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81