Page 81 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 81
Sejarah Pemikiran Indonesia Modern
1926 atas inisiatif ketuanya, yakni Soenardi Djaksodipoero, Jong Java
kembali membuka diri terhadap gagasan persatuan nasional dan cita-cita
kemerdekaan. Proses penyadaran tersebut semakin menguat dan
akhirnya pada 30 Desember 1929 berdasarkan putusan kongresnya yang
terakhir, Jong Java dinyatakan meleburkan diri dalam Indonesia Muda.
Namun, akibat kesadaran yang terlambat itu, sebagian besar
angggotanya membentuk dan membangun organisasi baru yang aspiratif
terhadap gagasan persatuan bersama rakyat. Salah satunya, pada 1925
Samsuridjal yang kemudian mendirikan Jong Islamieten Bond yang
ingin mewujudkan persatuan nasional dengan dasar perjuangan
22
bercirikan Islam.
Sementara itu, para pemuda Sumatra yang belajar di STOVIA
juga mendirikan perkumpulan dengan nama Jong Sumatranen Bond
(JBS) pada 9 Desember 1917. Tujuan dari perkumpulan ini untuk
mempererat hubungan antara para pemuda pelajar Sumatera,
menanamkan kesadaran terhadap tugas ke depan sebagai pemimpin dan
pendidik bangsa, menghidupkan dan menjunjung tinggi kepribadian
Sumatera. Meskipun, JSB berdiri dan bermarkas di gedung STOVIA,
tetapi anggota-anggotanya tidak hanya terdiri dari para pelajar STOVIA
saja, melainkan juga berasal dari luar. Diperkirakan, waktu itu
anggotanya berjumlah 150 orang, sedangkan yang belajar di STOVIA
sekitar 33 orang. Di antara anggota JSB yang bukan pelajar STOVIA
adalah Mohammad Hatta dari PHS dan Mohammad Yamin dari
Rechtschool. Dalam perkembangannya, cabang-cabang JSB terdapat di
enam tempat di Jawa, dua tempat di Padang dan Bukittinggi.
Banyaknya tokoh JSB yang berasal dari tanah Minang, seperti
Mohamad Amir, Mohammad Hatta, Mohammad Yamin, Bahder
Djohan, dan lain-lain tidak terlepas peran pemuda Nazir Datuk
Pamuncak, yang juga anggota JSB, pulang ke Padang setelah
menamatkan pendidikannya di HBS. Semula, ia hendak melanjutkan
studinya ke Universitas Leiden di Belanda, namun harus tertunda oleh
karena pelayaran ke Eropa saat itu terhalang akibat berkecamuknya
Perang Dunia I (1914-1918). Pada waktu itu, ia diminta oleh pengurus
pusat JSB untuk memberikan penerangan tentang tujuan JSB dan
sekaligus diminta untuk mendirikan cabang di Padang dan di
Bukittinggi. Atas bantuan Mohammad Tahir Marah Sutan, dapat
diselenggarakan rapat pada malam hari di antara para pemuda pelajar di
gedung Syarikat Usaha di Padang. Rapat dihadiri para pemuda pelajar
Sekolah Raja Bukittinggi yang sedang bertanding sepak bola di Padang.
Dalam rapat tersebut, pemuda Nazir Datuk Pamuncak berpidato dalam
Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya 73