Page 82 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 82

Sejarah Pemikiran Indonesia Modern



                bahasa  Belanda  yang  biasa  dilakukan  oleh  para  pelajar  dalam
                pertemuan-pertemuan (vergaderingen). Saat itu, bahasa Indonesia belum
                dipergunakan secara umum.
                        Dalam pidatonya, ia menyampaikan bahwa para pemuda Jawa
                telah mendirikan perkumpulan dua tahun sebelumnya. Oleh karena itu,
                pemuda  Sumatera  harus  segera  bergerak  dengan  mendirikan
                perkumpulan. Nazirpun secara keras sambil menunjuk kearah timur:
                        “Lihatlah ke sana ke pinggir langit, matahari kemegahan bangsa telah
                terbit!”.
                        Nazir kemudian menjelaskan tentang tujuan JSB, yakni: Pertama,
                memperkuat  tali  persaudaraan  antara  para  pemuda  Sumatera  yang
                masih belajar serta menanam kesadaran dalam jiwanya, bahwa mereka
                mempunyai  seruan  hidup  untuk  menjadi  pemimpin  dan  pendidik
                bangsanya. Kedua, menimbulkan perhatian pada anggotanya dan orang
                lain terhadap tanah dan bangsa Sumatera serta untuk mempelajari adat
                istiadat, kesenian, bahasa-bahasa, pertanian dan sejarah Sumatera.
                        Pidato  Nazir  berlangsung  kurang  lebih  satu  jam  ini  telah
                menggugah  hati  para  pelajar  yang  hadir  pada  acara  tersebut,  terutama
                bagian  kalimat  “menanam  keinsyafan  dalam  jiwanya,  bahwa  pemuda
                mempunyai    seruan  hidup  untuk  menjadi  pemimpin  dan  pendidik
                bangsanya”. Kata-kata itu tampaknya menyentuh para pemuda, seperti
                Mohammad Yamin, Mohammad Hatta, Bahder Djohan, dan lain-lain.
                Kedatangan  Nazir  ke  tanah  kelahirannya  itu  ternyata  membuahkan
                hasil, yakni berdirinya cabang JSB di Padang dan di Bukittinggi. Setahun
                kemudian,  pada  1919  JSB  telah  mengadakan  Kongres  Pertama  di
                Padang.  Sementara  itu,  Mohamad  Amir,  Mohammad  Hatta,  Bahder
                Djohan,  dan  Mohammad  Yamin  terpilih  sebagai  pengurus  JSB  yang
                bergerak dalam dunia perjuangan kepemudaan dan kebangsaan. Dalam
                Kongres Pertama JSB, juga mendirikan tugu peringatan di kota Padang,
                yang salah satu sisinya tertulis: “Ter herinnering aan het eerst Congres van
                                                                              23
                JSB, 1919” yang berarti “Peringatan Kongres JSB Pertama, 1919”.
                        Banyak  pula  pengaruh  berdirinya  JSB  pada  berbagai  segi
                kehidupan  di  Minangkabau.  Di  Bukittinggi  seorang  siswa  STOVIA
                anggota JSB berpidato di muka umum dengan ucapan “Saudara-saudara
                yang tercinta”. Ucapan tersebut menimbulkan kehebohan yang dianggap
                sebagai  tindakan  yang  menyimpang    adat  istiadat  dan  tidak  lagi
                menghormati  orang  tua.  Ungkapan  tersebut  sebenarnya  dimaksudkan
                untuk menjalin hubungan kekerabatan. JSB juga mendorong hilangnya
                hambatan terhadap perkawinan antara suku. Pernah pula terjadi seorang
                gadis  akan  melangsungkan  perkawinannya  dengan  seorang  pemuda




                74     Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya
   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86   87