Page 72 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 72
Sejarah Pemikiran Indonesia Modern
dilindungi oleh pemerintah Hindia Belanda. Dampak dari melawan
pemerintah pada akhirnya harus diterima Sarikat Islam berupa
pelarangan aktivitasnya.
Sarikat Islam kemudian melanjutkan perjuangannya di
Surabaya. Di Surabaya SI berkembang baik di bawah pimpinan HOS
Tjokroaminoto. Syarikat Islam Surabaya menggunakan rumah HOS
Tjokroaminoto sebagai tempat memikirkan dan merumuskan
pergerakan. Sukarno menjuluki rumah HOS Tjokroaminoto dengan
sebutan “Dapur Nasionalisme Indonesia”. Tokoh-tokoh yang lahir dari
11
SI yang digembleng di Surabaya di antaranya adalah Semaoen, tokoh SI
cabang Semarang yang kemudian menjadi tokoh PKI yang sangat
terkenal. Selain itu, Sukarmadji Maridjan Kartosuwirjo, tokoh Islam
fundamentalis yang menginginkan Negara DI/TII dan lahirnya Negara
Islam Indonesia.
Di bawah HOS Tjokroaminoto, SI di Surabaya mengunakan
landasan ideologis Islam untuk membangun kesadaran kebangsaan.
Islam dimunculkan sebagai counter atas perkembangan arus kristenisasi
dan melawan ideologi kolonial sebagai penjajah. Tampilnya SI dalam
perjuangan dan pemikiran kebangsaan menjadi justifikasi atas adanya
pendapat bahwa Islam pada awal abad XX menjadi salah satu kekuatan
pembebas dari belenggu penjajah. Pada level ini beberapa pergerakan
kebangsaan melawan kolonial Belanda di beberapa daerah di Indonesia
seperti Jawa Tengah, Banten, Aceh, Maluku, Sulawesi Selatan, dan
Sumatera Barat menjadi bukti pembenar atas ideologi tersebut.
SI dalam perjuangannya di bawah HOS Tjokroaminoto tidak
menggunakan senjata, tetapi melalui bangunan gagasan melawan
kolonialisme dengan organisasi sosial politik. Organisasi SI telah mengisi
ruang ingatan anak bangsa tentang pentingnya harga diri sebagai bangsa
yang merdeka dan bebas dari penindasan serta berbagai kewajiban pajak.
Sarikat Islam dalam perkembangannya juga dipengaruhi oleh pemikiran
Pan-Islamisme yang berkembang di Mesir. Tokoh pemikir Pan-
Islamisme adalah Sayid Jamaluddin Al Afghani. Pemikiran tokoh Mesir
itu menawarkan sosialisme Islam sebagai sosialisme sejati. Sosialisme
Islam lebih baik daripada sosialisme Marxis yang cenderung
mengingkari keberadaan Tuhan. Bukti adanya pengaruh tradisi
pemikiran Mesir dalam tubuh SI diketahui dari HOS Tjokroaminoto.
Menurutnya, “Sosialisme Islam menjadi lebih baik seiring dengan
meningkatnya keimanan kaum muslimin dan kian menguatkan rasa
persaudaraan sesama muslim”.
64 Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya