Page 70 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 70
Sejarah Pemikiran Indonesia Modern
itu, karena ternyata pakaian Jawa lebih mahal daripada pakaian barat
dan lebih bebas memakainya.
7
Satiman bersama Kadarman dan Soenardi mendirikan Tri Koro
Dharmo (Tiga Tujuan Mulia), di Jakarta pada tanggal 7 Maret 1915.
Yang menjadi anggota organisasi ini terdiri dari 50 orang pelajar
STOVIA. Tujuannya adalah mengadakan satu tempat latihan untuk
calon-calon pemuka nasional yang cinta tanah air. Kebanyakan
anggotanya adalah dari Jawa Tengah dan Timur. Murid-murid dari
Sunda dan Madura berpendapat bahwa perkumpulan ini terlalu sempit
yang terfokus pada Jawa. Akibat kritik ini, pada kongres pertama di Solo
tahun 1918, Tri Koro Dharmo namanya diubah menjadi Jong Java
dengan maksud untuk menarik golongan dari Sunda, Bali dan Madura.
Meskipun sudah membuka diri, kenyataannya anggota yang ikut Jong
Java adalah kebanyakan pemuda dari Jawa, hal ini terbukti pada
kongres ke-2 tahun 1919, hanya sedikit dihadiri wakil yang tidak
berbahasa Jawa. Jong Java hampir setiap tahun mengadakan kongres.
Dalam kongres ke-5 tahun 1922 di Solo, Jong Java menetapkan bahwa
tidak akan mencampuri aksi dan propaganda politik, kegiatan lebih
diarahkan pada hubungan antar murid sekolah menengah, mempertinggi
perasaan kebudayaan sendiri, dan olah raga. Jong Java berkewajiban
membentuk calon pemimpin laki dan perempuan, sedangkan
pembicaraan politik dijalankan untuk menambah pengetahuan. Anggota
baru akan ikut dalam politik kalau sudah lulus sekolah. Dalam kongres
tahun 1924, beredar wacana yang dibawa oleh R Sam (Samsuridjal)
dibawah pengaruh Agus Salim, yang ingin membagi keanggotaan Jong
Java yang pada waktu itu jumlahnya sekitar 2.000 orang, akan dibagi
dalam 2 kelompok, anggota muda berumur di bawah 18 tahun tidak
boleh mencampuri urusan politik, anggota yang berumur di atas 18
tahun boleh ikut dalam gerakan politik yang akan dibimbing oleh
golongan ke 3 Jong Java. Dengan demikian Jong Java diharapkan akan
ada gunanya. Namun upaya ini mengalami kegagalan. Akibatnya
kekecewaan ini, para pendukung mengusulkan untuk keluar dari
8
organisasi ini dan mendirikan Jong Islamieten Bond.
Semakin meresapnya faham Indonesia Raya, mengakibatkan
Jong Java mengubah arah organisasi. Pada kongres 1926 di Solo
perkumpulan berubah haluan untuk memajukan rasa persatuan para
anggota dengan semua golongan bangsa Indonesia dan dengan bekerja
sama dengan perkumpulan-perkumpulan pemuda Indonesia lainnya
serta ikut dalam menyebarkan dan memperkuat faham keIndonesiaan.
62 Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya