Page 74 - PEMIKIRAN INDONESIA MODERN 2015
P. 74

Sejarah Pemikiran Indonesia Modern



                Nieuwsblad dianggap membahayakan pemerintah. Bataviaasch Nieuwsblad
                yang  dipimpin  J.H.  Ritman  memiliki  nama  baik  di  kalangan  kaum
                pelajar, karena dinilai obyektif. Surat kabar tersebut bersifat bebas dan
                tidak menurut  haluan pemerintah kolonial secara  membabi buta. Oleh
                karena  itu,  surat  kabar  ini  memberikan  pengaruh  positif  terhadap
                tumbuh kembang kesadaran para pelajar, seperti dari STOVIA terhadap
                persolan solidaritas Hindia. Selanjutnya, pada Mei 1912, Het Tijdschrift
                yang  kemudian  terkenal  dan    juga  menjadi  bacaan  kaum  cendikiawan
                bumiputera  pun  diterbitkan  sebagai  majalah  berkala    untuk
                menggantikan Bataviaasch Nieuwblad.
                        Pada  September  1912  terbit  pula  harian  De  Express  yang
                berhaluan  revolusioner  nasionalistis.    E.F.E.  Douwes  Dekker   sebagai
                                                                           13
                redaktur mengajak  para pemuda yang berjiwa nasionalis untuk menjadi
                pembantu  tetap  di  majalah  tersebut,  seperti    R.M.  Soewardi
                             14
                Soerjaningrat ,  sedangkan  dr.  Tjipto  Mangoenkoesoemo  menjadi
                anggota  dewan  redaksi.  Bergabungnya  ke  dua  tokoh  tersebut
                menguntungkan  Douwes  Dekker  dalam  menambah  kekuatan  guna
                mewujudkan  misi  majalah  dalam  mengkritisi  pemerintah  kolonial.
                Ketiganya,  yakni  Douwes  Dekker,  Soewardi  Soerjaningrat  dan  Tjipto
                Mangoenkoesoemo  bekerja  bahu  membahu  yang  kemudian  dikenal
                dengan sebutan ”Janget Kinatelon” atau “Tiga Serangkai’.
                       Sesudah  aliran  nasionalisme  dan  revolusioner  disiarkan  melalui
                Het Tijdscrift dan De Express sebagai alat propaganda mampu memasuki
                alam pikiran dan  perasaan para pemuda  pergerakan, kedua media  ini
                menjadi  pelopor  kelahiran  Indische  Partij  yang  didirikan  oleh  “Tiga
                Serangkai”  pada  6  September  1912.  Partai  ini,  sejak  lahir    secara
                langsung  memperkenalkan  diri  sebagai  partai  politik  yang  berhalauan
                kebangsaan, kerakyatan dan kemerdekaan. Secara historis, Indische Partij,
                perkumpulan  ketiga  yang  berdiri  pada  masa  suasana  Kebangkitan
                Nasional  saat  itu,  setelah  Budi  Utomo  dan,  kemudian  Sarekat  Islam,
                merupakan  organisasi  yang  secara  awal  mengembangkan  faham
                persatuan dan kemerdekaan bagi bangsa Hindia. Para pemimpin Indische
                Partij  berusaha  menyadarkan  rasa  kebangsaan  bangsa  Hindia  dan
                mempersiapkan  menjadi  bangsa  yang  bebas  merdeka.  Dalam  hal  ini,
                Boedi  Oetomo  dan  Sarekat  Islam  hanya    membatasi  keanggotaannya
                pada  pribumi,  tetapi  Indische  Partij  tidak  hanya  kalangan  pribumi  saja,
                tetapi  siapa  pun  atau  dari  bangsa  apapun  yang  lahir  di  Hindia  dan
                mencintai tanah airnya, dapat diterima menjadi anggota organisasi ini.
                Jadi, peranakan Eropa, peranakan Arab, peranakan Cina dapat diterima




                66     Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya
   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79