Page 195 - Ebook_Atlas Gubernur-
P. 195
bala tentara Jepang masuk pada Maret 1942. Beliau didaulat untuk menjadi rijikan dairi oleh tentara
Jepang. Terakhir, beliau diangkat sebagai penasihat. Pada sekitar 1945 beliau ditunjuk agar datang ke
Jakarta guna bertemu dengan Bung Karno untuk membahas soal kemerdekaan Indonesia. Kemudian,
pada 14 Agustus 1945 Mr. Pudja ke Jakarta dan menginap di Hotel Des Indes. Kemudian, pada 16 Agustus
1945, dengan dr. Widyodiningrat, beliau pergi ke rumah Laksamana Maeda untuk merembukkan naskah
proklamasi. Jadi, pada 17 Agustus 1945 itu beliau hadir saat penaikan bendera di Peganggasaan Timur.
Tanggal 18 Agustus 1945, selaku anggota PPKI, beliau ikut konferensi pembuatan Undang-Undang Dasar.
Oh ya, saat pembahasan itulah beliau yang mengusulkan alinea ketiga Undang-Undang Dasar untuk
diganti kata Allah dengan Tuhan. Jadi, “berkat rahmat Allah” menjadi “berkat rahmat Tuhan Yang Maha
Kuasa”.
Bisa diceritakan bagaimana kiprah beliau saat menjadi gubernur?
Pada 19 Agustus 1945 beliau diusulkan untuk menjadi Gubernur Sunda Kecil. Maka, setelah selesai
pembuatan Undang-Undang Dasar, pada 22 Agustus 1945 beliau bersama 5 orang lainnya diangkat
sebagai Wakil Pemimpin Besar Bangsa Indonesia di Sunda Kecil oleh Bung Karno. Kemudian, baru pada
pelantikan kabinet pertama, istilah “Wakil Pemimpin Besar Bangsa Indonesia” itu diubah namanya
menjadi gubernur. Selain Mr. Pudja dari Sunda Kecil, ada 7 orang lain yang diangkat sebagai gubernur
untuk wilayah-wilayah lain di Indonesia. Setelah menjadi gubernur, mereka berangkat ke Bali dan
mengambil kedudukan di Singaraja sebagai ibu kota Sunda Kecil. Beliau kemudian mengangkat para
pembantunya. Pada 9 Oktober 1945 beliau memimpin rakyat Bali untuk mengupayakan penaikan bendera
Sang Merah Putih di Singaraja. Namun, pada 11 Maret 1945, saat mengadakan rapat dengan para
pembantunya, Mr. Pudja ditangkap oleh tentara KNIL kemudian dipenjara selama 2 tahun di penjara
Pekambingan. Penjara itu sekarang sudah tidak ada lagi. Kemudian, pada 13 Maret 1948 dia dibebaskan.
Namun, sebelum dibebaskan, dia meminta untuk dilepas secara resmi di wilayah Republik Indonesia,
tidak di Bali yang saat itu sesuai dengan kesepakatan Renville dimasukkan ke dalam wilayah kekuasaan
Belanda.”
Mengapa tidak mau di Bali, kan itu tanah tumpah darahnya?
“Waktu di penjara, Mr. Pudja dan kawan-kawannya selalu mengikuti perkembangan yang terjadi di
luar. Tahun 1946 Anak Agung Gde Agung dengan Van Mook mengadakan konferensi Denpasar. Mereka
kemudian sepakat mendirikan Negara Indonesia Timur (NIT). Beliau marah sekali dengan pendirian
NIT itu. Ketika beliau diajak untuk bergabung dengan NIT oleh Anak Agung Gde Agung, beliau menolak
mentah-mentah. ‘Saya diangkat oleh Bung Karno bukan oleh kalian! (Anak Agung Gede Agung Perdana
Menteri NIT dan Sukowati Presiden NIT). Makanya, beliau lebih memilih untuk mengabdi di Yogja saja.
Baru setelah NIT bubar, dia baru mau ke Bali lagi.”
Bagaimana kiprah beliau saat tidak lagi menjadi gubernur?
“Beliau sempat aktif sebagai menteri dalam Kabinet Djuanda. Kemudian, pada 1954 beliau diminta untuk
menjadi anggota Dewan Pengawas Keuangan. Beliau kemudian pindah ke Jakarta terus tinggal di Hotel
Des Indes selama 2 tahun. Waktu Abdul Karim Pringgodigdo diangkat sebagai ketua Dewan Pengawas
Keuangan, ayah saya menjadi wakilnya, tapi tak lama karena Pak Pringgo meninggal. Lalu, ayah saya naik
menjadi ketuanya. Belia kemudian mengubah nama lembaga menjadi Badan Pemeriksa Keuangan.”
Kenapa bisa ada perubahan seperti itu?
“Menurut ayah saya, kalau menggunakan istilah dewan kesannya kita masih berdasarkan konstitusi
Republik Indonesia Serikat (RIS) yang sudah bubar. Kalau mau mengacu pada UUD 1945, ya istilahnya
harus diganti menjadi badan.
ATLAS SEJARAH INDONESIA: GUBERNUR PERTAMA DI INDONESIA 181