Page 13 - Sun Flower Full Naskah
P. 13
“Wah, kalian bersekongkol…” Hae-Seol mengintip pon-
sel So-Ra, kemudian ia merapikan buku-buku lalu menyeruput
cappuccinonya.
“Kau belum pernah pacaran?” tanya So-Ra tiba-tiba.
Hampir saja Hae-Seol tersedak. Ia mengelus dada, harus berapa
kali dijelaskan pada So-Ra bahwa memang Hae-Seol belum per-
nah pacaran. Oh, dear…
“Wah, kau kehilangan indahnya masa remaja,” kata Lee
So-Ra saat tak mendapati jawaban Hae-Seol, ia tahu bahwa ia
akan mendengar jawaban yang sama untuk ke sekian kalinya
bahwa memang Hae-Seol belum pernah pacaran.
“Masa remajaku? Aku menjuarai lomba menulis, lom-
ba mendesain gaun aku juga juaranya, lalu membaca puisi juga
juara, aku pernah beberapa kali menjuarai lomba teater, bahkan
guru di sekolah merekrutku sebagai pelatih di beberapa grup
teater. Aku juga sudah berjumpa beberapa penulis terkenal di
Indonesia. Hm, aku pernah menjadi ketua kelas, mengikuti ban-
yak ekskul, selain itu aku juga selalu masuk sepuluh besar di
kelas. Nah, semua itu terjadi selama masa remajaku,”
Lee So-Ra terdiam, untung saja cappuccino di tangann-
ya tidak terjatuh. Selama masa remaja sepertinya Hae-Seol be-
lum pernah jatuh cinta, pikir So-Ra. Dari penjelasan yang diden-
garnya, wajar saja jika Hae-Seol tidak terpikir tentang pacaran
atau sekadar jatuh cinta dengan seorang lelaki.
“Tapi…”
So-Ra menoleh, sepertinya ada lanjutan dari cerita Hae-
Seol. Ia masih menunggu, barangkali sahabatnya itu ingin men-
gatakan; tapi, aku pernah menyukai seseorang.
“Tapi, aku juga pernah gagal dalam banyak lomba. Jadi,
masa remajaku juga banyak kisah yang menyedihkan,”
Lee So-Ra menarik napas panjang, diembuskannya pe-
lan dan ia menoleh ke arah Hae-Seol. Berpikir keras, apakah
kesedihan itulah yang membuat Hae-Seol tak sempat memiliki
pacar atau setidaknya terbesit menyukai seseorang.
“Lee Hae-Seol… kau normal, kan?”
“Haha… kalau aku tidak normal, tempatku bukan di
sini,”
7

