Page 14 - Sun Flower Full Naskah
P. 14
“Lalu? Di mana?”
“Ya, di rumah sakit jiwa,” serentak beberapa detik
kemudian tawa keduanya pun pecah. Pancaran mata Hae-Seol
menunjukkan bahwa ia pernah menyukai seseorang. Ia pernah
mencintai seseorang dan ia pernah mengagumi seseorang. Na-
mun, siapa lelaki itu? So-Ra tak mengetahuinya.
***
“Halo… iya, saya Hazelia. Oh… iya bisa.”
Hae-Seol baru saja menutup pintu apartemen kecilnya,
bermaksud menuju rumah So-Ra namun seseorang menelepon
meminta bertemu untuk membicarakan hal yang sangat penting
menurut penuturan si penelepon. Hae-Seol memutuskan mene-
mui penelepon itu kemudian baru menuju rumah So-Ra.
Berdiri di depan café yang beberapa hari lalu dikun-
junginya bersama So-Ra, namun hari itu mereka membatal-
kan rencana untuk menikmati menu dan mengobrol santai di
café. Hae-Seol masuk dan mengamati café yang menurutnya
wajar jika populer dan dikunjungi banyak orang. Suasananya
menyegarkan, pot-pot bunga segar berjejer di pinggir café, di
dalamnya bersuasana bambu namun tidak gelap. Alunan musik
yang terdengar pun menenangkan, ada sebuah piano yang bisa
dimainkan oleh pengunjung. Dan ada deretan rak dengan lam-
pu kecil yang berwarna-warni sangat manis dan berjejer buku di
sana.
Hae-Seol masih mengamati suasana café, di sana terse-
dia pelayanan berfoto kemudian dicetak ukuran kecil dan dipa-
jang di dinding khusus. Hae-Seol tersenyum lalu mengedarkan
pandangan dan terlihat seseorang melambaikan tangan ke ar-
ahnya.
Lelaki di hadapannya berusia sekira pertengahan 40 ta-
hunan. Sangat berwibawa namun terlihat keren, menurut Hae-
Seol. Sebuah pena hitam tersemat di sisi kiri dada jaket kulit-
nya, dan sebuah kacamata hitam menggantung di kerah baju.
Saat bertemu pun Hae-Seol sedikit membungkukkan badannya
–budaya orang Korea ketika bertemu orang sebagai etika sopan
santun dan saling menghormati–
“Saya Kim Tae-Jin…”
8

