Page 35 - Sun Flower Full Naskah
P. 35
***
Berada di masjid Seoul membuat Hae-Seol merasa sep-
erti berada di rumah, di Indonesia. Ia juga rindu bisa menemu-
kan masjid dengan mudah dan rumah makan halal tidak sulit
dicari. Namun di situ juga nilai perjuangannya, keistiqomahan
diri saat menjadi minoritas dan kepandaian menyesuaikan diri
serta hidup penuh toleransi dengan tidak membeda-bedakan
agama. Seperti Hae-Seol memiliki teman dengan agama yang
berbeda bahkan ada yang tidak memiliki agama. Namun hal itu
tidak menjadi masalah dalam pertemanan.
Meski semulanya heran namun kemudian teman-teman
Hae-Seol bisa mengerti dan paham. Bahkan So-Ra ketika perta-
ma mengenalnya juga heran dan penasaran terutama pada jilbab
yang dikenakan Hae-Seol. Kebaikan hati lah yang membuat ia
disukai teman-temannya. Ia sangat bersahabat dan ia juga cuk-
up pandai.
Hae-Seol memiliki senyum asimetris, ketika ia
tersenyum lepas garis lengkung kiri senyumnya sedikit tertarik
lebih panjang dari lengkung kanan. Namun ia sangat manis den-
gan senyum itu. Left asymmetric smile adalah julukan Hae-Seol
yang pernah disebutkan beberapa orang teman saat pertama ia
mulai menjadi host bersama Ray.
“Hae-Seol, coba lihat orang itu,” So-Ra menepuk-nepuk
tangan kanan Hae-Seol. Orang yang ditunjuk So-Ra terasa tidak
asing bagi Hae-Seol, namun wajah orang itu tidak tampak. Ia
memakai jaket bermantel dan kacamata. Seperti déjà vu, Hae-
Seol teringat saat di bioskop.
“Orang itu… hm…”
“Kang Ji-Woo…” ucap Hae-Seol dan So-Ra bersamaan.
Baru saja mereka menyebut nama Kang Ji-Woo, sosok
itu terlihat berjalan menuju sebuah mobil dan berlalu. Hae-Seol
yakin orang yang tadi dilihatnya adalah Kang Ji-Woo, jaket dan
kacamata yang dikenakannya sama persis seperti yang dike-
nakan oleh seseorang di bioskop. Hanya saja tadi sosok itu tak
memakai masker.
29

