Page 22 - Renungan El-Bethel November
P. 22
R
U
K
U
A
N S
C
A
K
A
T
I
U
UKURAN SUKACITA
2 Korintus 8:2
“Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat
miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan.”
2 Korintus 8:1-15
ni
unia merumuskan bahwa ketika kita menerima apa yang kita inginkan merupakan sebuah
u
a
kebahagiaan. Tidak jarang jika menemukan orang yang bahagia atau senang ketika dalam kondisi
D Dmenerima uang banyak, dapat makan makanan yang enak, mendapatkan promosi jabatan di
tempat kerja, atau mendapat hadiah dari teman dan lain sebagainya. Senang atau bahagia merupakan
kondisi hati yang wajar dialami oleh setiap manusia. Namun akan menjadi hal yang tidak wajar ketika
kebahagiaan diukur dari apa yang kita terima.
Saat kita ikut dalam standar bahagia yang diartikan oleh dunia, maka kita telah salah menggunakan
dasar ukuran sukacita kita. Dalam bahasa Inggris bahagia diartikan Happy (yang datang dari jiwa/
perasaan manusia itu sendiri) dan sukacita diartikan Joy (yang datang dari Roh Allah). Standar dunia
adalah kebahagiaan dari apa yang kita terima dari keinginan kita, standar surga adalah kebahagiaan
dari apa yang kita terima dari Bapa di Surga. Manusia akan dengan mudahnya mengatur apa yang dia
inginkan, dan jika itu gagal maka hal itu akan membuatnya frustasi atau stres. Sedangkan kebahagiaan
yang Allah berikan mungkin yang datang bukan hal yang nyaman bagi kita secara pribadi, misal disindir,
mendapatkan masalah di rumah atau tempat kerja, dsb. Hal itu jelas nampak bukan berupa hal yang
menyenangkan secara jasmani. Namun, waktu kita tidak menganggap lagi hal yang menyenangkan atau
yang membuat nyaman itu merupakan sebuah ukuran agar kita dapat mengalami sukacita, di sanalah
kita ada dalam track yang tepat.
Kekayaan bukanlah sebuah jaminan orang dapat mengalami sukacita. “Katanya kepada mereka :
“Berjaga – jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah –
limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung daripada kekayaannya itu.” (Lukas 12 : 15). Jika kekayaan
atau sebuah ambisi merupakan ukuran sukacita kita maka sukacita itu bukanlah sebuah sukacita yang
kekal atau bisa disebut sebuah kebahagiaan yang sementara.
Jemaat di Makedonia menjadi contoh di mana ketika mereka mengalami penderitaan mereka tetap
bersukacita, bahkan dalam kondisi kekuranganpun mereka murah hati ( 2 Korintus 8 : 2). Keadaan buruk
sekalipun tidak memengaruhi apa yang mereka lakukan untuk Tuhan dan orang lain.
PERENUNGAN
1. Seperti apa ukuran sukacita dalam kehidupan kita?
2. Dapatkah kita tetap mengalami sukacita di dalam kondisi yang tidak enak atau yang tidak sesuai
dengan apa yang kita inginkan?
3. Apakah suasana di sekitarmu atau kondisi hari-harimu mampu mempengaruhi sukacitamu dalam
Kristus?
DOA
“Bapa, biarlah damai sejahtera dari padaMu turun keatasku. Dan jagai hati dan pikiranku agar SABTU
senantiasa dapat bersukacita baik saat aku ada dalam masalah atau saat aku dalam kondisi engkau
berkati. Amin.”
SABTU
(Beatrix)
20 NOVEMBER 2021