Page 10 - 185040077 Dwi Andini Nurfadillah Biologi B
P. 10
darah. Makrofag disebut juga big eaters karena berukuran besar, mempunyai bentuk tidak
beraturan, dan membunuh bakteri dengan cara memakannya. Seperti cara makan pada amoeba,
seperti itulah cara makrofag memakan bakteri.
Bakteri yang sudah berada di dalam makrofag kemudian dihancurkan dengan enzim
lisosom. Makrofag ini juga bertugas untuk mengatasi infeksi virus dan partikel debu yang
berada di dalam paru-paru. Sebenarnya di dalam tubuh keberadaan makrofag ini sedikit, tetapi
memiliki peran sangat penting.
Setelah infeksi tertanggulangi, beberapa neutrofil akhirnya mati seiring dengan matinya
jaringan sel dan bakteri. Setelah ini sel-sel yang masih hidup membentuk nanah. Terbentuknya
nanah ini merupakan indikator bahwa infeksi telah sembuh. Jadi reaksi inflamatori ini sebagai
sinyal adanya bahaya dan sebagai perintah agar sel darah putih memakan bakteri yang
menginfeksi tubuh. Selain sel monosit yang berubah menjadi makrofag juga terdapat sel
neutrofil yang akan membunuh bakteri (mikroorganisme asing lainnya).
c. Pertahanan Menggunakan Protein Pelindung
Interferon adalah protein-protein yang memberikan pertahanan bawaan melawan infeksi
virus. Sel-sel tubuh tang terinfeksi oleh virus menyekresikan interferon, menginduksi sel-sel
tak-terinfeksi di dekatnya untuk menghasilkan zat-zat yang menghambat reproduksi virus.
Dengan cara ini, interferon membatasi penyebaran virus dari sel-ke-sel di dalam tubuh,
membantu mengontrol infeksi virus seperti pilek dan influenza. Beberapa jenis sel- sel darah
putih menyekresikan tipe interferon berbeda yang membantu mengaktivasi makrofag, sehingga
meningkatkan kemampuan fagositiknya. Perusahaan-perusahaan farmasi kini memproduksi
interferon secara massal melalui teknologi DNA rekombinan untuk menangani infeksi- infeksi
virus tertentu, misalnya hepatitis C.
Sistem komplemen (complement system) terdiri dari sekitar 30 protein dalam plasma darah
yang berfungsi bersama-sama untuk memerangi infeksi. Protein-protein ini bersirkulasi dalam
kondisi inaktif dan teraktivasi olen zat-zat pada permukaan banyak mikroba. Aktivasi
menghasilkan serangkaian reaksi-reaksi biokimiawi berurutan yang menyebabkan lisis
(meletus) pada sel-sel yang menyerang. Komplemen ini dapat melekat pada bakteri
penginfeksi. Setelah itu, komplemen menyerang membran bakteri dengan membentuk lubang
pada dinding sel dan membran plasmanya. Hal ini menyebabkan ion-ion Ca keluar dari sel
+
bakteri, sedangkan cairan serta garam-garam dari luar sel bakteri akan masuk ke dalam tubuh
bakteri. Masuknya cairan dan garam ini menyebabkan sel bakteri hancur. Mekanisme
penghancuran bakteri oleh protein komplemen dapat di amati pada gambar 2.2