Page 37 - C:\Users\danang\Documents\Flip PDF Professional\BUKU-TUNAS-PANCASILA\
P. 37

Memang,       sejak     proklamasi
                                                                     dikumandangkan,  kita belum melihat
                                                                     Pancasila betul-betul dimaknai dalam
                                                                     laku sebagian  kita.  Pancasila sampai
                                                                     hari  ini masih menjadi permainan
                                                                     bibir semata, sementara maknanya
                                                                     dalam  hidup  entah  hilang  ke  mana.
                                                                     Prinsip-prinsip  luhur    Pancasila
                                                                     banyak diabaikan dalam kehidupan
                                                                     bermasyarakat,   berbangsa,    dan
                                                                     bernegara. Sulit sekali membayangkan
                                                                     masa depan  Indonesia  menjadi lebih
                                                                     baik, jika kita sendiri tidak memiliki
                                                                     komitmen secara  konsekuen dan
                                                                     konsisten untuk  membumikan nilai-
                                                                     nilai Pancasila itu dalam kehidupan
                                                                     sehari-hari.

                                                                     Di sisi  lain, kita pun sadar  bahwa
                                                                     ideologi-ideologi  partikular  dan
                                                                     ekstrem sifatnya  selalu menghantui
                                                                     kebersamaan kita dalam berbangsa dan
                                                                     bernegara. Sejarah telah mencatatnya,
                                                                     bahwa gerakan Komunisme-Marxisme,
                                                                     gerakan DI/TII, pernah berupaya untuk
                                                                     menggantikan posisi  Pancasila, tetapi
                                                                     gagal. Hal ini  pasti gagal, kalaupun
                                                                     mampu bertahan,  ia tidak akan  lama
                                                                     dan hanya bertahan dalam skup paling
                                                                     kecil.
          Sumber Foto: google.com
                                                          Hal ini tidak lain disebabkan oleh kimiawi bangsa kita
          Dimensi Kehidupan                               yang tidak cocok dan menolak dengan sendirinya
                                                          sikap dan  ideologi ekstrim, baik itu kanan,  kiri,
          Dimensi  ini merupakan  hakikat Pancasila yang   maupun tengah. Secara singkat dapat kita katakan
          bersandar pada elemen hidup. Yang hidup berbeda   bahwa bangsa Indonesia bukanlah tanah yang subur
          dengan yang mati. Pancasila bukanlah benda mati,   bagi segala ideologi yang ekstrim. Hal ini dapat
          dan janganlah bersandar kepada sesuatu yang mati.   kita lihat tampak bagaimana sejarah menunjukkan
          Sehingga hakikatnya Pancasila adalah jiwa bangsa   bahwa  jiwa bangsa ini  sesungguhnya  menolak
          yang terus-menerus hidup. Menghidupkan Pancasila   segala macam ekstremisme bagaimanapun bentuk
          berarti  masuk dan  melebur  dalam kehidupan    dan rupanya.
          kemanusiaan. Ki Hajar Dewantara sempat bertanya
          juga mengapa Pancasila begitu populer dan mudah   Namun, yang patut kita ingat dan catat adalah bahwa
          diterima  oleh rakyat  Indonesia.  Dia menjawabnya   ideologi-ideologi itu akan  tetap  hidup,  muncul
          dengan  kalimat, “karena  di dalamnya  dapat    secara  tiba-tiba,  dan temporal selama apa  yang
          diketemukan sifat-sifat pokok daripada  keluhuran   tertulis dalam Pancasila, khususnya keadilan sosial
          dan kehalusan hidup manusia, baik dipandang dari   bagi semua, tidak pernah turun dan tumbuh di bumi
          sudut keagamaan, maupun sudut kebudayaan dan    Nusantara ini. Bahkan, lebih menyedihkannya lagi,
          kemasyarakatan  dalam  arti  yang  seluas-luasnya”   Pancasila seringkali hanya menjadi gincu sebagian
          (1950: 3-4).
                                                          elite kita untuk meneguhkan eksistensi personalnya
                                                          dengan  mengabaikan  eksistensi  bangsa  ini secara

    23    TUNAS PANCASILA
   32   33   34   35   36   37   38   39   40   41   42