Page 51 - C:\Users\danang\Documents\Flip PDF Professional\BUKU-TUNAS-PANCASILA\
P. 51

B                                               Di sisi  lain, ketika kita belajar  Ilmu  Logika,  maka
                                                          seringkali kita temukan  bahwa  para  ahli logika
                                                          mendefinisikan  manusia  sebagai  hewan  yang
          Wujud Pancasila                                 berpikir.  Disebut hewan  karena manusia memiliki
          Memahami    Pancasila  sebagai  sebuah   ilmu   karakteristik yang dekat dan sama dengan hewan.
          pengetahuan  membutuhkan  uraian  konseptual.   Misalnya,  makan,  berkembang  biak,  tumbuh,  dan
          Apakah Pancasila itu sebuah gagasan substansi yang   seterusnya.  Karena  kesamaan yang  dekat  itulah
          tanpa wujud ataukah perwujudan yang tanpa makna   manusia dimasukkan dalam jenis hewan. Meskipun
          memerlukan upaya  memahaminya sebagai  objek    manusia dan  hewan  lain  jenisnya  adalah  hewan,
          pengetahuan.  Sehingga  Pancasila  mudah  untuk   terdapat  pembeda mendasar antara  manusia
          dipahami dan tidak salah mengerti karena kesulitan   dengan hewan lain tersebut. Perbedaan itu terletak
          untuk membuktikannya. Daya yang dimiliki bangsa   pada  berpikir/akalnya.  Berpikir sendiri menunjuk
          Indonesia dalam memahami Pancasila ditunjukkan   pada  aktivitas yang  terjadi  pada  akal. Dan akal
          melalui perangkat ilmu pengetahuan yang melekat   hanya  dimiliki  oleh manusia. Meski manusia dan
          dalam dirinya sebagai manusia.                  hewan  lainnya,  seperti  gajah,  kambing,  keledai,
                                                          sapi, dan seterusnya,  sama-sama memiliki  otak,
                                                          tetapi hanya otak manusialah yang dibekali  akal.
                                                          Inilah kemudian yang membedakan antara manusia
                                                          dan  hewan  lainnya.  Karena berpikirlah  manusia
                                                          bisa berkembang. Karena berpikirlah manusia bisa
                                                          mengalami evolusi peradaban yang luar biasa sejak
                                                          kelahirannya sampai hari ini.

                                                          Dengan berpikir itulah manusia mampu menciptakan
                                                          berbagai ilmu pengetahuan untuk membantu dan
                                                          memudahkan kehidupannya.  Hal yang  mustahil
                                                          dilakukan hewan selain manusia. Sejak kelahirannya
                                                          sampai sekarang,  hewan  selalu melakukan hal
                                                          yang sama menggunakan instingnya. Mereka tidak
                                                          menggunakan akal karena tidak memilikinya, karena
                                                          itulah mereka  tidak bisa menciptakan  peradaban
                                                          sebagaimana yang dilakukan manusia.
                                                          Jika kita tengok  dalam agama.  Maka  kita akan
                                                          menemukan betapa  di dalam kitab  suci berpikir
                                                          adalah perbuatan yang sangat mulia dan dianjurkan.
                                                          Karena  berpikirlah yang  membedakan manusia
                                                          dengan hewan yang lain. Dengan berpikir manusia
                                                          bisa membedakan yang  baik dan buruk.  Dengan
                                                          berpikir pula manusia bisa belajar dan mendalami
                                                          agama, lalu mengamalkannya dalam berbagai ritual
                                                          ibadah. Maka tidak heran bila kitab suci menyebut
                                                          manusia yang telah diberi potensi akal, lalu enggan
                                                          menggunakannya  untuk  berpikir,  sebagai orang
                                                          yang  lebih sesat dari  hewan  ternak.  Kritik kitab
                                                          suci yang  tidak  menyamakan  manusia yang  tidak
                                                          berpikir dengan hewan (yang memang tidak punya
                                                          potensi berpikir) sangatlah tepat.

                   Sumber Foto: Direktorat Sekolah Dasar, Kemendikbud  Manusia yang  memiliki  akal dan  kehendak  bebas
                                                          (berpikir  dan tidak), ketika memilih  untuk tidak

    37    TUNAS PANCASILA
   46   47   48   49   50   51   52   53   54   55   56