Page 49 - C:\Users\danang\Documents\Flip PDF Professional\BUKU-TUNAS-PANCASILA\
P. 49

Sementara itu, dalam logika, makna terbagi menjadi   dengan  logika yang  hanya menjadi alat  bantu
          dua, konsep dan ekstensi.  Konsep adalah makna   pikiran  semata.  Ketiga,  dengan  cara  penggalian
          yang ada di dalam pikiran, sementara ekstensi   makna yang tidak serta merta dapat ditemui dalam
          adalah makna yang berada di luar pikiran. Misalnya,   realitasnya,  tetapi  pemahaman  kita  merupakan
          kita gunakan contoh “manusia”. Manusia memiliki   refleksi atau abstraksi atas realitas.
          individu-individu di  luar  pikiran  seperti  Made,
          Jaka,  Rohmat,  dan  sebagainya.  Manusia  adalah   Jika ditanyakan di mana kah kita dapat menemukan
          konsepnya, sementara individu seperti Made, Jaka,   Pancasila? Kemudian dijawab dia dapat ditemukan
          Rohmat,  dan  sebagainya,  adalah  ekstensi atau   dalam  buku,  tulisan,  spanduk  dsb.,  maka  ini
          realitas nyata dari konsep manusia.             menggunakan  cara  pertama. Jika jawabannya
                                                          dia hanya  ada  dalam pikiran semata, maka dia
          Konsep sendiri terbagi menjadi dua, partikular dan   menggunakan  cara  kedua. Jika jawabannya
          universal. Konsep partikular  adalah konsep yang   menggunakan  cara  ketiga  maka  ini memerlukan
          hanya memiliki  satu ekstensi.  Misalnya Jakarta,   kerja  keras perenungan  pikiran.  Pancasila adalah
          maka kita akan menemukan realitas di luar hanya   spirit, dasar  negara,  falsafah bangsa,  bintang
          ada  satu Jakarta,  sebuah wilayah  di bagian  barat   penuntun,  alat  pemersatu  dll.,  merupakan  refleksi
          pulau Jawa  dan memiliki  monas sebagai ikonnya.   atas cara ketiga.
          Sementara konsep universal adalah  konsep yang
          memiliki  banyak  ekstensi atau  banyak  realitas di   Mengingat Pancasila adalah penggalian makna dari
          luar. Misalnya manusia, maka kita akan menemukan   realitas  bangsa  Indonesia,  secara  logika dikatakan
          banyak  individu-individu manusia dengan  nama   terdapat  makna universal yang  bisa diterapkan
          Jupri, Acong, Sirait, dan sebagainya di realitas luar.   kepada  realitas  yang  beragam.  Dalam kerangka
          Atau contoh lain hewan, maka kita akan menemukan   logika inilah maka hendaknya pertanggung jawaban
          sapi, kambing, kerbau, dan sebagainya, yang masuk   seseorang memiliki argumen yang runtut dan sahih
          kategori hewan.                                 hingga  tiba  pada  kesimpulannya.  Hal inilah yang
                                                          berlaku dalam hukum logika untuk menyusun narasi
          Dengan demikian, Pancasila adalah sebuah konsep   atau deskripsi tentang Pancasila.
          universal abstrak yang memiliki  entitas di luar.
          Entitas tersebut beragam, jamak, dan plural. Karena
          konsepnya  yang  universal dan  terkandung  dalam
          setiap silanya, maka Pancasila pada akhirnya mampu
          menjadi perekat dan pemersatu setiap entitas yang
          berbeda tersebut dalam satu naungan kebangsaan
          bernama  Indonesia.  Sehingga,  Pancasila  menjadi
          niscaya adanya bagi Indonesia. Menafikan Pancasila
          sama saja menafikan segala realitas yang beragam
          dan eksis di Indonesia. Menafikan realitas tersebut,
          meski satu saja, hanya untuk meninggikan realitas
          yang  lain akan  menjadi sebab bagi hancurnya
          Indonesia sebagai bangsa dan negara. Meski begitu,
          karena sifat Pancasila yang universal dan memiliki
          realitas di luar, maka Pancasila tidak bertentangan
          dengan prinsip moral agama dan sosio-kebudayaan
          yang ada dalam masyarakat Indonesia.
          Untuk membantu memahami kedudukan Pancasila
          ini dapat dijelaskan dengan memahami bagaimana
          pikiran kita bekerja.  Pikiran kita dapat  memahami
          sesuatu dengan memverifikasinya dengan tiga cara:
          Pertama,  dengan  indera  kita  yang  menghasilkan
          bentuk pengetahuan  sederhana  empiris.  Kedua,

    35    TUNAS PANCASILA
   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54