Page 195 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 OKTOBER 2020
P. 195

14 ALASAN PERUSAHAAN BISA MEMECAT KARYAWANNYA, DARI RUGI SAMPAI
              PAILIT
              TRIBUNJABAR.ID - RUU Cipta Kerja telah disetujui DPR dan pemerintah menjadi Undang-Undang
              dalam Rapat Paripurna. Sebanyak tujuh fraksi melalui pandangan fraksi mini telah menyetujui,
              yaitu  Partai  Demokrasi  Indonesia  Perjuangan  (PDI-P),  Partai  Golkar,  Partai  Gerindra,  Partai
              Nasdem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan
              Pembangunan (PPP).

              "RUU Cipta Kerja disetujui untuk pengambilan keputusan di tingkat selanjutnya," kata Ketua
              Baleg DPR RI Supratman Andi Agtas saat memimpin rapat kerja pengambilan keputusan tingkat
              I dengan pemerintah sebagaimana dilansir dari Antara, Senin (5/10/2020).

              RUU  Omnibus  Law  Cipta  Kerja  didukung  oleh  seluruh  partai  pendukung  koalisi  pemerintah.
              Adapun  dua  fraksi  menyatakan  menolak  RUU  ini,  yaitu  Partai  Keadilan  Sejahtera  dan  Partai
              Demokrat. Serikat buruh menganggap sejumlah pasal dari RUU Omnibus Law bakal merugikan
              posisi tawar pekerja.

              Satu di antaranya adalah terkait pemutusan hubungan kerja (PHK) pekerja oleh  perusahaan.

              Dikutip dari beleid RUU Cipta Kerja Pasal 154A, bahwa pemerintah membolehkan  perusahaan
              untuk melakukan  PHK  kepada karyawan dengan 14 alasan sebagai berikut:  1. Perusahaan
              melakukan  penggabungan,  peleburan,  pengambilalihan,  atau  pemisahan    perusahaan    2.
              Perusahaan  melakukan  efisiensi    3.  Perusahaan  tutup  yang  disebabkan  karena    perusahaan
              mengalami  kerugian  secara  terus  menerus  selama  dua  tahun    4.  Perusahaan  tutup  yang
              disebabkan karena keadaan memaksa (force majeur)  5. Perusahaan dalam keadaan penundaan
              kewajiban pembayaran utang  6. Perusahaan dinyatakan  pailit  berdasarkan putusan pengadilan
              niaga  7. Perusahaan melakukan perbuatan yang merugikan pekerja/buruh  8. Pekerja/buruh
              mengundurkan diri atas kemauan sendiri  9. Pekerja/buruh mangkir selama lima hari kerja atau
              lebih  secara  berturut-turut  tanpa  keterangan  secara  tertulis    10.  Pekerja/buruh  melakukan
              pelanggaran  ketentuan  yang  diatur  dalam  perjanjian  kerja,  peraturan    perusahaan    ,  atau
              perjanjian kerja bersama  11. Pekerja/buruh ditahan pihak yang berwajib  12. Pekerja/buruh
              mengalami sakit berkepanjangan atau cacat akibat kecelakaan kerja dan tidak dapat melakukan
              pekerjaannya  setelah  melampaui  batas  dua  belas  bulan    13.  Pekerja/buruh  memasuki  usia
              pensiun  14. Pekerja/buruh meninggal dunia  Jika mengacu pada aturan UU Nomor 13 Tahun
              2003  tentang  Ketenagakerjaan,  pemerintah  membolehkan    perusahaan    melakukan    PHK
              dengan alasan sebagai berikut:  1. Perusahaan bangkrut  2. Perusahaan tutup karena merugi  3.
              Perubahan  status    perusahaan    Pekerja/buruh  melanggar  perjanjian  kerja    4.  Pekerja/buruh
              melakukan  kesalahan  berat    5.  Pekerja/buruh  memasuki  usia  pensiun    6.  Pekerja/buruh
              mengundurkan diri  7. Pekerja/buruh meninggal dunia  8. Pekerja/buruh mangkir  Ditolak serikat
              buruh  Serikat buruh mengkhawatirkan, aturan  PHK  dalam RUU Omnibus Law Cipta Kerja ini
              akan membuat posisi pekerja semakin lemah.

              Alasannya, menurut serikat pekerja,  perusahaan  bisa dengan mudah memecat pekerja dengan
              alasan efisiensi atau strategi bisnis sehingga pekerja tak lagi memiliki daya tawar jika keberatan
              PHK  diajukan ke Pengadilan Hubungan Industrial (PHI).

              Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal menjelaskan ada 10 isu yang
              diusung  oleh  buruh  dalam  menolak  omnibus  law  RUU  Cipta  Kerja  klaster  ketenagakerjaan,
              termasuk soal  PHK  .

              "Sepuluh isu tersebut telah dibahas oleh pemerintah bersama Panja Baleg RUU Cipta Kerja DPR
              RI selama 5-7 hari dan sudah menghasilkan kesepakatan kedua belah pihak".




                                                           194
   190   191   192   193   194   195   196   197   198   199   200