Page 196 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 OKTOBER 2020
P. 196

"Dan  semalam  sudah  diputuskan  oleh  pemerintah  dan  DPR  RI  untuk  dibawa  kedalam  rapat
              paripurna  DPR  RI  untuk  disahkan  menjadi  undang-undang,"  ujar  Said  Iqbal  dalam
              keterangannya.

              Beberapa ketentuan juga dianggap kontroversial antara lain terkait pekerja kontrak (perjanjian
              kerja  waktu  tertentu/PKWT),  upah,  pesangon,  hubungan  kerja,  mekanisme  pemutusan
              hubungan kerja (PHK), penyelesaian perselisihan hubungan industrial, serta jaminan sosial.

              Menyikapi rencana pemerintah dan DPR yang akan mengesahkan RUU Cipta Kerja dalam sidang
              Paripurna  DPR,  maka  KSPI  dan  buruh  indonesia  beserta  32  Federasi  serikat  buruh  lainnya
              menyatakan menolak RUU Omnibus Law Cipta Kerja dan akan mogok nasional pada 6-8 oktober
              2020  (  Mogok  Nasional  Oktober  2020)  sesuai  mekanisme  UU  Nomor  9  tahun  1998  tentang
              Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.

              "Dari 10 isu yang disepakati oleh pemerintah dan DPR, KSPI mencermati, katanya tiga isu yaitu
              PHK  , sanksi pidana bagi pengusaha dan TKA dikembalikan sesuai dengan isi UU 13/2003," kata
              Said Iqbal.

              Tanggapan  pemerintah    Menteri  Koordinator  Bidang  Perekonomian  Airlangga  Hartarto
              mengatakan,  RUU  Cipta  Kerja  akan bermanfaat  besar  untuk  mendorong  pemulihan  ekonomi
              nasional dan membawa Indonesia memasuki era baru perekonomian global.
              "RUU Cipta Kerja akan mendorong reformasi regulasi dan debirokratisasi, sehingga pelayanan
              Pemerintahan akan lebih efisien, mudah, dan pasti, dengan adanya penerapan Norma, Standar,
              Prosedur, dan Kriteria (NSPK) dan penggunaan sistem elektronik," ujar Airlangga.

              Selama  ini  kata  Airlangga,  masalah  yang  kerap  menghambat  peningkatan  investasi  dan
              pembukaan  lapangan  kerja,  antara  lain  proses  perizinan  berusaha  yang  rumit  dan  lama,
              persyaratan investasi yang memberatkan, pengadaan lahan yang sulit, hingga pemberdayaan
              UMKM dan koperasi yang belum optimal.
              Ditambah lagi, proses administrasi dan birokrasi perizinan yang cenderung lamban pada akhirnya
              menghambat investasi dan pembukaan lapangan kerja.

              Airlangga mengatakan, RUU Cipta Kerja ditujukan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan
              yang menghambat peningkatan investasi dan pembukaan lapangan kerja.

              Mekanisme  aturan    PHK    juga  disebut  tetap  mengikuti  persyaratan  yang  diatur  dalam  UU
              Ketenagakerjaan. Selain itu, RUU Cipta Kerja tidak menghilangkan hak cuti haid dan cuti hamil
              yang telah diatur dalam UU Ketenagakerjaan.

              Sedangkan bagi pelaku usaha, RUU Cipta Kerja diyakini akan memberi manfaat yang mencakup
              kemudahan dan kepastian dalam mendapatkan perizinan berusaha dengan penerapan perizinan
              berbasis risiko (risk based approach) dan penerapan standar.

              Selain  itu,  Airlangga  mengatakan  dengan  adanya  pemberian  hak  dan  perlindungan  pekerja/
              buruh  yang  lebih  baik,  akan  mampu  meningkatkan  daya  saing  dan  produktivitas  usaha.
              Sementara bagi pelaku usaha kata dia, akan mendapatkan insentif dan kemudahan, baik dalam
              bentuk insentif fiskal maupun kemudahan dan kepastian pelayanan dalam rangka investasi.

              "Kami  yakin  ini  akan  dapat  mendukung  upaya  kita  bersama,  untuk  mendorong  peningkatan
              kegiatan  ekonomi  dan  investasi,  sehingga  akan  dapat  menciptakan  lebih  banyak  lapangan
              pekerjaan bagi masyarakat, dan pada akhirnya akan mampu mendorong perekonomian nasional
              kita," kata Airlangga.



                                                           195
   191   192   193   194   195   196   197   198   199   200   201