Page 618 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 OKTOBER 2020
P. 618

"Kami  kecolongan,"  kata  Presiden  Mahasiswa  Universitas  Trisakti,  Jakarta,  Dinno  Ardiansyah
              seperti dilansir  Tempo  . "Kami tak mengira DPR-Pemerintah seberani itu."  Seperti  deja vu  ,
              pemerintah dan DPR sepakat terhadap pembahasan RUU omnibus law pada malam hari, Sabtu
              (3/10/2020). Tidak biasanya, pembahasan undang-undang dilakukan pada akhir pekan dan lebih
              dari batas waktu aktivitas yang ditentukan di Gedung DPR/MPR.

              Biasanya  kegiatan  dibatasi  sampai  pukul  18.00,  tapi  rapat  dimulai  pukul  21.00.  Baleg  DPR
              mengaku tujuan pembahasan itu semata-mata untuk kepentingan rakyat.

              Pemerintah dan DPR selangkah lagi berhasil mengesahkan aturan hukum yang menuai banyak
              kritik  secara  senyap  dan  kilat.  Hasil  kesepakatan  dalam  pembahasan  ini  akan  dibawa  ke
              paripurna DPR untuk disahkan menjadi undang-undang.

              Hanya ada dua partai yang menolak hasil pembahasan dari 9 fraksi partai di DPR. Mereka adalah
              Demokrat dan PKS.

              Suara  Elite  Partai,  Suara  Investor    Jika  UU  KPK  saat  itu  tidak  melibatkan  pihak  terdampak,
              omnibus  law  berbeda.  Untuk  membahas  klaster  tenaga  kerja,  pemerintah  dan  DPR  sudah
              mengakomodasi organ buruh dan pengusaha untuk memberi masukan dan mencari jalan tengah
              dalam omnibus law.

              Namun  KSPSI  AGN,  KSPI,  dan  FSP  Kahutindo  keluar  dari  tim  teknis  omnibus  law  di  tengah
              pembahasan pada medio 2020. Presiden KSPI Said Iqbal memaparkan alasan mereka keluar
              lantaran tidak ada itikad baik dari Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) ataupun Kamar Dagang
              Industri (Kadin) mencari titik temu kesepakatan.

              "KSPI menolak sikap Apindo/Kadin dan pemerintah yang diwakili Kemenaker, karena tidak sesuai
              semangat yang diamanatkan Presiden Jokowi dan keinginan para buruh agar RUU Cipta Kerja
              klaster Ketenagakerjaan tidak merugikan dan mengeksploitasi buruh,"  jelas  KSPI dalam rilis
              tertulisnya.
              Pada  Agustus  2020  DPR  bertindak  baik  dengan  mengusahakan  tim  perumus  yang  berisikan
              Panitia Kerja DPR dan serikat buruh yang keluar dari tim teknis. Menurut Said Iqbal, serikat yang
              bergabung dalam tim itu mencapai 32 organ.

              Tim ini, menurut Said, lebih bagus daripada tim teknis pemerintah karena berisikan buruh yang
              bisa dengan bebas menyampaikan keberatan.

              "Ini jauh lebih kuat dibandingkan tim teknis yang sudah diundang oleh pemerintah, yang libatkan
              beberapa serikat buruh juga, tetapi disana, hanya semacam alat legitimasi," kata Said seusai
              rapat di DPR seperti dilansir  BBC  .

              Kehadiran  tim  teknis  ini  sebenarnya  baik  sebagai  bentuk  usaha  mendengarkan  aspirasi  dari
              seluruh  kelompok  masyarakat.  Joko  Riskiyono  dalam    Pengaruh  Partisipasi  Publik  Dalam
              Pembentukan  Undang-undang:  Telaah  atas  Pembentukan  Undang-Undang  Penyelenggara
              Pemilu  (2016,  PDF  ) mencatat partisipasi masyarakat dalam pembuatan UU adalah salah satu
              bentuk pemerintahan yang baik.

              Namun sering kali partisipasi itu sekadar untuk memenuhi tahapan pembuatan undang-undang
              atau  menunjukkan  maksud  baik.  Joko  mengutip  omongan  anggota  DPR  periode  2009-2014,
              Ahmad  Yani,  bahwa  "Pelibatan  partisipasi  masyarakat  di  dalam  pembentukan  peraturan
              perundang-undangan terkesan hanya formalitas belaka."  Dalam tulisannya yang lain  bertajuk
              "Partisipasi  Masyarakat  Dalam  Pembentukan  Perundang-undangan  Untuk  Mewujudkan
              Kesejahteraan" (2015), Joko, sebagai tenaga ahli DPR, memandang bahwa meski sudah ada
              Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,
              aspirasi masyarakat masih dipandang sebelah mata.
                                                           617
   613   614   615   616   617   618   619   620   621   622   623