Page 77 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 FEBRUARI 2021
P. 77

IURAN PROGRAM JKP 0,46% DARI UPAH PER BULAN

              Pemerintah  merilis  Rancangan  Peraturan  Pemerintah  (RPP)  tentang  program  Jaminan
              Kehilangan  Pekerjaan  (JKP)  yang  mencantumkan  iuran  sebesar  0,46%  dari  upah  per  bulan
              pekerja/buruh. Total iuran itu bersumber dari iuran pemerintah sebesar 0,22%, rekompo-sisi
              iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (IKK) 0,14%, dan rekomposisi iuran Jaminan Kematian OKM)
              0,10%.

              Dalam hal ini, batas atas upah pekerja/buruh untuk pertama kali ditetapkan sebesar Rp 5 juta.
              Nilai upah sebulan dihitung berdasarkan upah pokok dan tunjangan tetap. Nilai atas besaran
              upah  dan  besaran  persentase  iuran  mesti  disesuaikan  setiap  dua  tahun,  dengan
              mempertimbangkan kondisi ekonomi nasional dan perhitungan kecukupan kewajiban aktuaria.

              Adapun  seperti  yang  telah  diwacanakan  sebelumnya,  sumber  pendanaan  JKP  berasal  dari
              sejumlah lini. Di antaranya modal awal pemerintah, rekomposisi iuran program jaminan sosial,
              dan/atau dana operasional BPJS Ketenagakerjaan. Belum dijelaskan secara rinci, ketentuan lebih
              lanjut akan diatur kementerian bidang keuangan.

              RPP  yang  dirilis  pada  Kamis  (4/2)  itu  pun  tegas  menyebutkan  bahwa  pengusaha  wajib
              mengikutsertakan  pekerja/buruh  sebagai  peserta  dalam  program  JKP.  Program  JKP
              diselenggarakan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak pada saat pekerja/ buruh
              kehilangan pekerjaan.

              Meski demikian, sederet kritik atas RPP itu layak dilayangkan karena jika ditelaah lebih lanjut,
              kecil  peluang  bagi  pekerja/buruh  bisa  mendapatkan  manfaat  dari  program  JKP.  Koordinator
              Advokasi BPJS Watch Timboel Siregar menilai, kriteria bagi peserta cukup panjang dan relatif
              kurang sesuai dengan kondisi pekerja saat ini.

              "Semangat JKP itu bagus, mempertahankan daya beli untuk pekerja hidup layak. Tapi janganlah
              dengan persyaratan yang susah, pelatihan juga harus sesuai kebutuhan industri. Jadi semua
              berlandaskan  asas  keadilan,  semangat  bagus  tapi  realisasinya  perlu  sejalan,"  kata  Timboel
              kepada In vestor Daily, Minggu (7/2).

              Kriteria umum peserta berdasarkan RPP JKP diantaranya adalah Warga Negara Indonesia (WNI),
              belum mencapai 54 tahun saat mendaftar, dan mempunyai hubungan kerja dengan pengusaha.
              Selainitu, peserta harus memenuhi sejumlah kriteria lain sesuai jenis usaha tempat bekerja.

              Bagi  peserta  yang  bekerja  di  jenis  usaha  besar  dan  usaha  menengah,  mesti  lebih  dulu  ikut
              program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Jaminan Kecelakaan Kerja 0KK), Jaminan Hari Tua
              (JHT), Jaminan Pensiun (JP), dan Jaminan Kematian OKM). Sedangkan pekerja/ buruh yang
              bekerja di usaha kecil dan mikro, harus lebih dulu ikut sekurang-kurangnya pada program JKN,
              JKK, JHT, dan JKM.

              Beleid  tersebut  mengungkapkan,  manfaat  JKP  diberikan  kepada  peserta  yang  mengalami
              pemutusan hubungan kerja (PHK), baik hubungan kerja berdasarkan perjanjian kerja waktu tidak
              tertentu maupun perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT). Selain itu, turut ditekankan penerima
              manfaat JKP harus bersedia untuk bekerja kembali, baik sebagai penerima upah atau wirausaha


              Manfaat JKP dapat diajukan setelah peserta memiliki masa iuran paling sedikit 12 bulan dalam
              24 bulan kepesertaan, dan telah membayar iuran paling singkat enam bulan sebelum di PHK. Di
              sisi lain, manfaat JKP dikecualikan bagi peserta dengan alasan seperti mengundurkan diri, cacat
              total tetap, pensiun, atau meninggal dunia.

              Permasalahan pertama, kata Timboel, PKWT di Indonesia jarang yang mendapatkan kontrak
              langsung selama 24 bulan. Hal itu berpotensi pekerja dengan kontrak kurang dari 24 bulan tidak


                                                           76
   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82