Page 78 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 13 JULI 2021
P. 78

Saiq menyampaikan, bahwa jumlah buruh di Indonesia sangat besar. Menurut data BPS 2020,
              jumlah buruh formal sekitar 56,4 juta orang, sedangkan buruh informal sekitar 75 juta orang.
              Dengan demikian, total jumlah buruh di Indonesia ada sekitar 130 jutaan orang. Jika dengan
              keluarganya, maka totalnya mendekati angka 200-an juta orang.

              "Pertanyaannya  adalah,  apakah  seluruh  perusahaan  mampu  membayar  200-an  juta  orang,
              setidak-tidaknya 130-an juta buruh untuk mengikuti vaksin gotong royong?. Kalau harga vaksin
              gotong royong Rp800-an ribu dikalikan 130-an juta buruh, maka dana yang harus disediakan
              mencapai  Rp104  triliun.  Begitu  pula  secara  individu,  tidak  semua  warga  negara  mempunyai
              kemampuan bayar secara mandiri," ujarnya.

              "Jadi ini hanya proyek lip service yang hanya manis di retorika atau pemanis bibir tetapi sulit
              diimplementasikan di tingkat pelaksanaan. Ujung-ujungnya vaksin gotong royong hanya akan
              membebani buruh dari sisi pembiayaan," kata Said.

              Ketiga, lanjut Said, di tengah ledakan PHK, pengurangan upah buruh dan resesi ekonomi yang
              saat ini masih mengancam, rasanya tidak mungkin memberikan tambahan beban biaya kepada
              perusahaan untuk menyelenggarakan vaksinasi gotong royong tersebut.

              Sebab,  menurut  Said,  biaya  vaksin  gotong  rotong  akan  memberatkan  perusahaan  dan  pada
              gilirannya nanti justru akan menekan kesejahteraan buruh. Apalagi kalau setiap warga negara
              membayar vaksin secara pribadi.

              Hal lainnya, mengingat jenis vaksin yang digunakan berbeda dengan vaksin yang selama ini
              diberikan secara gratis oleh pemerintah, Said mengingatkan agar buruh tidak dijadikan uji coba
              vaksin. Dengan kata lain, harus dipastikan vaksin yang digunakan halal dan aman.

              "Intinya, KSPI mengharapkan kepada pemerintah agar pemberian vaksin untuk buruh dan setiap
              warga negara digratiskan," ungkapnya.

              Bilamana  pemerintah  membutuhkan  anggaran  tambahan  untuk  menyelenggarakan  vaksin
              gotong  royong  ini,  sebaiknya  pemerintah  menaikkan  sedikit  dan  wajar  nilai  pajak  badan
              perusahaan  atau  PPH  25  dan  mengambil  sebagian  anggaran  kesehatan  yang  dalam  UU
              Kesehatan besarnya adalah 5 persen dari APBN dengan cara melakukan efisiensi birokrasi di
              bidang kesehatan.
              "KSPI setuju dengan vaksin gotong royong, tetapi biaya ditanggung pemerintah. Begitupula,
              tidak diperlukan program vaksin individu dengan biaya sendiri. Karena sesuai dengan perintah
              konstitusi  sebagaimana  diatur  dalam  UUD  1945,  UU  Kesehatan,  dan  UU  Karantina,  program
              vaksinasi COVID-19 ini adalah tanggung jawab negara," ujarnya.
























                                                           77
   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83