Page 138 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 AGUSTUS 2020
P. 138
Ringkasan
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat investasi yang masuk ke Indonesia, baik
Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada
semester I 2020.
Saat ini mayoritas investasi tersebut masih masuk Pulau Jawa, meski mengalami penurunan
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Hal itu dikatakan Dosen dan Analis Kebijakan Publik dari Universitas Paramadina Muhamad
Iksan. "Berdasarkan data, realisasi penanaman modal di luar Jawa memang tercatat mengalami
kenaikan dari Rp177,5 triliun pada semester I 2019 menjadi Rp193,7 triliun pada semester I
2020," ujarnya.
RUU CIPTAKER BAKAL DONGKRAK INVESTASI DI KAWASAN TIMUR INDONESIA
Jakarta - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat investasi yang masuk ke
Indonesia, baik Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) pada semester I 2020.
Saat ini mayoritas investasi tersebut masih masuk Pulau Jawa, meski mengalami penurunan
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Hal itu dikatakan Dosen dan Analis Kebijakan Publik dari Universitas Paramadina Muhamad
Iksan. "Berdasarkan data, realisasi penanaman modal di luar Jawa memang tercatat mengalami
kenaikan dari Rp177,5 triliun pada semester I 2019 menjadi Rp193,7 triliun pada semester I
2020," ujarnya.
Dalam persentase, realisasi penanaman modal di luar Jawa terhadap realisasi penanaman modal
keseluruhan juga naik dari 44,87 persen pada Januari-Juni 2019 menjadi 48,11 persen pada
Januari-Juni 2020.
"Meski demikian, realisasi gabungan PMDN dan PMA di Pulau Jawa masih dominan. Pada
semester I 2020, angkanya mencapai Rp208,9 triliun atau 51,89 persen dari total realisasi
penanaman modal periode tersebut," jelasnya.
Dalam hal ini, Rancangan Undang Undang (RUU) Cipta Kerja (Ciptaker) berpotensi menjadi
salah satu instrumen pemerataan investasi , yang akan memacu pembangunan ekonomi di
Kawasan Timur Indonesia.
Pasalnya, RUU ini akan mempermudah peraturan terkait investasi dan jawasan Indonesia Timur
sendiri memiliki beberapa potensi yang bisa menarik para investor masuk.
"Selama cadangan nikel dan sumber daya mineral lainnya masih tersedia, Indonesia Timur dan
Tengah akan tetap dilirik oleh para investor. Potensi lain, letak geografis kawasan Indonesia
Timur menjadi jalur perdagangan internasional. Dengan adanya Omnibus Law Ciptaker, ini
mempermudah para investor untuk menanamkan modal di sana," ungkap Iksan.
Menurutnya ada tiga hal utama yang mendorong investor menanamkan investasi di sebuah
kawasan, yakni infrastruktur, sumber daya manusia, dan kepastian regulasi.
Selama ini perusahaan-perusahaan multinasional yang berinvestasi di Indonesia memang
mengeluhkan aspek infrastruktur dan sumber daya manusia Indonesia, namun masih bisa
menoleransinya.
137