Page 187 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 8 OKTOBER 2020
P. 187

Ringkasan

              Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (  LIPI  ), Fathimah Fildzah Izzati, mengatakan
              UU  Cipta  Kerja    memang  bisa  membuat  pekerja  lebih  produktif,  namun  tingkat    upah    dan
              kesejahteraan rendah.

              "Iya dituntut lebih produktif karena upah didasarkan pada satuan waktu dan hasil, tapi dengan
              tingkat upah dan kesejahteraan yang sangat rendah," kata Fildzah dilansir dari  Antara,  Rabu
              (7/10/2020).



              PENELITI LIPI SOAL UU CIPTA KERJA: PEKERJA LEBIH PRODUKTIF, TAPI...

              JAKARTA,  - Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (  LIPI  ), Fathimah Fildzah Izzati,
              mengatakan  UU Cipta Kerja  memang bisa membuat pekerja lebih produktif, namun tingkat
              upah  dan kesejahteraan rendah.

              "Iya dituntut lebih produktif karena upah didasarkan pada satuan waktu dan hasil, tapi dengan
              tingkat upah dan kesejahteraan yang sangat rendah," kata Fildzah dilansir dari  Antara,  Rabu
              (7/10/2020).

              Sebelumnya, Fildzah mengatakan di dalam pasal 88 B UU Cipta Kerja disebutkan bahwa upah
              ditetapkan berdasarkan dua hal, yaitu satuan waktu dan satuan hasil. Itu berarti upah yang
              diterima pekerja akan lebih besar jika waktu bekerja lebih lama dan hasil pekerjaan lebih banyak.

              "Kita sudah bisa melihat contohnya para supir taksi dan ojek daring di ekonomi perusahaan-
              perusahaan seperti Gojek, Grab, dan lain-lain. Mereka kan kerja berdasarkan order yang mereka
              terima. Mereka bisa bekerja melebihi jam kerja pada umumnya, misalnya delapan jam kerja,
              karena ingin mendapatkan penghasilan yang lebih," kata Fildzah.

              Namun,  kata  Fildzah,  bukan  jaminan  bahwa  pekerja  akan  mendapatkan  besaran  upah  dan
              tingkat kesejahteraan yang layak pada satu pekerjaan yang diampu kepadanya.

              "Sebab, struktur dan skala upah ditentukan oleh kemampuan perusahaan," ujar dia.

              Fildzah mengatakan ketentuan semula berdasarkan pasal 92 Undang-Undang Ketenagakerjaan
              diubah dengan UU Omnibus Law tersebut.

              Kini, dengan disahkannya UU Cipta Kerja itu, pengusaha wajib menyusun struktur dan skala
              upah di perusahaan dengan memperhatikan kemampuan perusahaan dan produktivitas.

              Semula,  pada  pasal  92  UU  Ketenagakerjaan,  pengusaha  menyusun  struktur  dan  skala  upah
              dengan memperhatikan golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan, dan kompetensi pekerja.

              Struktur dan skala upah digunakan sebagai pedoman pengusaha dalam menetapkan upah.

              Kemudian ditegaskan pula melalui pasal sisipan setelahnya yaitu pasal 92 A yang menyebutkan:
              '  Pengusaha melakukan peninjauan upah secara berkala dengan memperhatikan kemampuan
              perusahaan dan produktivitas'  .

              Fildzah  mengatakan dirinya  tidak  dapat  mendukung  ruh  yang  ada  di dalam  Undang-Undang
              Omnibus Law Cipta Kerja.
              "Kalau, kesannya kayak pro sama omnibus law. Padahal saya menentang," kata Fildzah.





                                                           186
   182   183   184   185   186   187   188   189   190   191   192