Page 347 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 8 OKTOBER 2020
P. 347

Presiden mengungkapkan, penundaan juga dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada
              sejumlah  pihak  untuk  mendalami  lagi  substansi  dari  pasal-pasal  terkait  serta  mendapatkan
              masukan dari pemangku kepentingan.

              "Kemarin pemerintah telah menyampaikan kepada DPR dan saya juga mendengar Ketua DPR
              sudah  menyampaikan  kepada  masyarakat  bahwa  klaster  Ketenagakerjaan  dalam  RUU  Cipta
              Kerja ini pembahasannya ditunda, sesuai dengan keinginan pemerintah," ujar  Jokowi  di Istana
              Merdeka, Jakarta, pada 24 April 2020.

              Pada 18 Agustus, Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad menyatakan bahwa DPR membentuk
              tim perumus yang terdiri atas Panitia Kerja RUU Cipta Kerja Baleg DPR dan serikat buruh untuk
              membahas kelanjutan klaster ketenagakerjaan.

              Namun, waktu singkat yang diberikan kepada tim perumus, yaitu pada 20-21 Agustus, untuk
              membahasnya diprotes oleh Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal.

              Meski  demikian,  Presiden  meyakini  bahwa  keberadaan  RUU  tersebut  diperlukan  untuk
              membangun budaya kerja baru yang efisien, transparan dan bebas korupsi.

              "Sebuah tradisi sedang kita mulai yaitu dengan menerbitkan omnibus law," ujar  Jokowi  saat
              membuka Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi (ANPK) secara virtual di Istana Kepresidenan
              Bogor, Jawa Barat, pada 26 Agustus lalu.

              "Satu  undang-undang  yang  menyinkronisasikan  puluhan  undang-undang  secara  serempak,
              sehingga  antar  undang-undang  bisa  selaras  memberikan  kepastian  hukum  serta  mendorong
              kecepatan kerja, dan inovasi, dan akuntabel, serta bebas korupsi," lanjut dia.

              Akhirnya,  pembahasan  klaster  ketenagakerjaan  pun  dilanjutkan.  Tim  perumus,  sebut  Wakil
              Ketua Baleg DPR Achmad Baidowi, hanya butuh waktu dua hari, yaitu 25-27 September 2020,
              untuk menyelesaikan pembahasan klaster ketenagakerjaan.

              Akrobatik DPR  Pada Sabtu (3/10/2020) sore, secara tiba-tiba beredar pesan singkat di grup
              awak media yang berisi rencana pengambilan keputusan tingkat satu antara Baleg DPR dan
              pemerintah atas RUU Cipta Kerja pada Sabtu malam.

              Jadwal  yang  tidak  biasa  untuk  pengambilan  sebuah  keputusan  mengingat  selama  ini
              pembahasan RUU kerap memakan waktu lama bahkan hingga bertahun-tahun.

              Akhirnya, pemerintah sepakat untuk membawa pembahasan RUU itu ke rapat paripurna DPR
              untuk disahkan.

              Hanya dua fraksi yang diketahui menolaknya yaitu Fraksi PKS dan Fraksi Demokrat.

              Namun,  DPR  tak  berhenti  berakrobat.  Senin,  sekitar  pukul  12.00  WIB,  para  anggota  Badan
              Musyawarah DPR mendapat undangan rapat dadakan untuk mengikuti rapat Bamus pukul 12.30
              WIB.
              "Anggota banyak yang kaget. Saya di fraksi pun merasa ini sangat mendadak," kata Sekretaris
              Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR Ledia Hanifa, seperti dilansir dari Kompas.id.

              Dalam rapat Bamus DPR yang dihadiri pimpinan fraksi dan alat kelengkapan DPR tersebut, Wakil
              Ketua DPR dari Fraksi Partai Golkar Azis Syamsuddin tiba-tiba menyampaikan agenda percepatan
              penutupan masa persidangan DPR I periode 2020/2021 dalam Rapat Paripurna DPR yang akan
              digelar Senin sore.

              Di jadwal semula, rapat paripurna penutupan masa sidang baru akan digelar 8 Oktober.


                                                           346
   342   343   344   345   346   347   348   349   350   351   352