Page 379 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 8 OKTOBER 2020
P. 379

Ringkasan

              Akumulasi Kemarahan Buruh dan Rakyat (Akbar) Sumatera Utara (Sumut) menantang  PKS  dan
              Partai Demokrat  untuk mengerahkan massa ke jalan memprotes  RUU Omnibus Law Cipta Kerja.
              Hal itu didorong agar manuver politik di parlemen berupa penolakan RUU tersebut tak sekadar
              dagelan politik.



              BURUH TANTANG DEMOKRAT-PKS TURUNKAN MASSA TOLAK OMNIBUS LAW
              Akumulasi Kemarahan Buruh dan Rakyat (Akbar) Sumatera Utara (Sumut) menantang  PKS  dan
              Partai Demokrat  untuk mengerahkan massa ke jalan memprotes  RUU Omnibus Law Cipta Kerja.
              Hal itu didorong agar manuver politik di parlemen berupa penolakan RUU tersebut tak sekadar
              dagelan politik.
              "Kita takut itu hanya dagelan politik. Kalau dua partai itu memang menolak Ciptaker dan sama
              sama kita tahu kedua parpol itu memiliki basis massa sampai ke kampung- kampung, maka
              besok  turunkan  massa  yang  banyak  itu,"  kata  aktivis  Akbar  Sumut,  Martin  Luis,  di  Kantor
              Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan, Rabu (7/10).

              "Tapi kalau tidak terjadi, maka itu hanya sebatas gimik politik, hanya untuk mencari perhatian
              rakyat Indonesia. Kita tantang kedua partai itu. Karena pada prinsipnya kedua partai parlemen
              itu sama saja hanya menjalankan dagelan politik menipu rakyat," cetusnya.
              Sebelumnya, DPR mengesahkan RUU Cipta Kerja pada Rapat Paripurna, Senin (5/10). Saat itu,
              tujuh  fraksi,  yakni  Fraksi  PDIP,  F-Golkar,  F-Gerindra,  F-NasDem,  F-PKB,  F-PPP,  dan  F-PAN
              sepakat. Hanya dua fraksi yang menolak RUU tersebut, yaitu Partai Demokrat dan PKS.

              Martin pun mengklaim pihaknya akan menurunkan ratusan orang dari berbagai organisasi yang
              tergabung  dalam  Akbar Sumut  ke  jalan  besok, Kamis  (8/10),  sebagai  bentuk  protes kepada
              Pemerintah dan DPR.

              "Kita kemarin sudah konsolidasi dengan 25 organisasi dari berbagai sektoral. Dan kita sepakat
              dan memutuskan turun ke jalan besok untuk menggagalkan UU Ciptaker," ujarnya.

              Menurut Martin, Omnibus Law Cipta Kerja sama sekali tidak bertujuan mengangkat harkat dan
              martabat serta menyejahterakan masyarakat. Namun, kata dia, itu memberikan 'karpet merah'
              bagi investor untuk mengeruk sumber daya alam dan menindas rakyat.

              "Omnibus  Law  berpeluang  mendisharmonisasi  peraturan  perundang-undangan  yang
              menyangkut agraria yang udah ada selama ini, mereduksi norma, nilai-nilai dan kaidah yang
              sudah ada sehingga menciptakan ketidakpastian hukum mempermudah perampasan kekayaan
              alam untuk investor serta kelompok bisnis," tuturnya.

              Mereka  juga  kecewa  dengan  aparat  kepolisian  yang  menghalang-halangi  rakyat  yang  ingin
              menyampaikan aspirasinya menolak Omnibus Law Cipta Kerja.

              "Kami kecewa pada aparat kepolisian, ketika rakyat bergerak menuntut hak nya mengagalkan
              Omnibus Law, Polisi justru menghalang-halangi. Di beberapa kota banyak jatuh korban. Polisi
              melakukan kekerasan terhadap gerakan rakyat," ujar Martin.
              "Dengan segala resiko, kami siap turun dan siap dengan konsekuensinya. Kita lihat pemerintah
              dan DPR berkhianat dan semakin menindas rakyat," paparnya.

              Lucius Karus menilai partai oposisi di parlemen saat ini, terutama terkait RUU Cipta Kerja, hanya
              sibuk bergaya menolak dalam rapat-rapat di parlemen.
                                                           378
   374   375   376   377   378   379   380   381   382   383   384