Page 484 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 7 OKTOBER 2020
P. 484

Ketua Badan Legislasi DPR RI, Supratman Andi Agtas, menegaskan apa yang sudah diputuskan
              oleh Badan Legislasi tentang RUU Cipta Kerja patut disyukuri. Sebab undang-undang tersebut
              akan dalam membuat kemudahan perizinan dan deregulasi di Indonesia di masa depan.

              Bahkan dia mengatakan, RUU Cipta Kerja ini akan menghilangkan sikap koruptif sejumlah aparat
              dalam perizinan. Para oknum birokrat-birokrat nakal itu tak akan bisa bergerak dengan adanya
              aturan ini.

              Sebab menurutnya, sistem perizinan nanti tidak lagi membutuhkan kehadiran fisik. Tapi akan
              menggunakan Online Single Submission (OSS).

              "Korupsi dalam perizinan tidak akan terjadi lagi. Masalah korupsi dalam perizinan ini terpecahkan
              oleh Omnibus Law," ungkap Supratman dikutip dari keterangannya, Selasa 6 Oktober 2020.

              Dia berpendapat, penolakan sejumlah pihak akan adanya Omnibus Law hanya dari satu sisi saja.
              Mereka pun diminta lebih bijaksana dalam melihat sebuah masalah.

              "Jangan  melihat  parsial  saja,  tapi  lihatlah  secara  keutuhan  terhadap  proses  pembentukan
              undang-undang," kata Supratman.

              Ia pun menggambarkan jika dalam proses pembahasan Omnibus Law sangat  legitimate  dan
              dapat dipertanggungjawabkan ke publik. Sementara soal penolakan dua fraksi, yakni PKS dan
              Partai Demokrat, Supratman pun menggarisbawahi beberapa hal.

              "Perdebatan-perdebatan kita di dalam panja itu sangat dinamis. Dan penolakan itu tidak muncul,
              seperti saat akhir ini," kata Supratman.

              Dalam  pembahasan  RUU  Cipta  Kerja,  Supratman  mengakui  jika  yang  paling  berat  untuk
              diperdebatkan  itu  adalah  klaster  ketenagakerjaan.  Sebab,  banyak  kepentingan  yang  ada  di
              dalamnya harus diakomodir.

              "Saya  yakinkan  semua  sependapat!  Seluruh  fraksi  di  awal  pembahasan  dan  pengambilan
              keputusan terkait pesangon, semua satu suara," tambahnya.

              Lebih lanjut dia pun mengatakan, sejatinya sembilan fraksi di DPR termasuk di DPD juga satu
              suara soal pesangon. Namun, perihal tuntutan sekelompok buruh yang menolak bisa dipahami.

              "Tidak mungkin kami bisa memuaskan semua pihak. Saya mengerti apa yang menjadi tuntutan
              kawan-kawan  buruh.  Saya  pastikan  dan  saya  janjikan  saat  mereka  demo  terakhir  di  depan
              gedung DPR, saya katakan bahwa saya bersungguh-sungguh untuk memperjuangkan hal itu,"
              tegas Supratman.

              Sementara itu menurutnya, dari tujuh isu krusial tentang ketenagakerjaan, seperti PHK massal
              dan lain-lain. Peraturan perundangannya sudah dikembalikan ke UU ketenagakerjaan yang lama.

              "Misalnya bagaimana syarat-syarat PHK itu, kami sampaikan bahwa itu kembali ke UU  existing
              dan tidak ada yang berubah sama sekali," tutupnya. (ren).














                                                           483
   479   480   481   482   483   484   485   486   487   488   489