Page 122 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 NOVEMBER 2020
P. 122

memperjuangkan penolakan Omnibus Law Cipta Kerja untuk dibatalkan MK," kata Roy, Selasa
              (3/11).

              Roy mengatakan, aksi penolakan secara masif akan dilakukan secara serentak pada 9 dan 10
              November mendatang. Baik di ibu kota maupun di kabupaten/kota. "Gerakan buruh melalui aksi
              tetap dilakukan secara masif baik pada saat pendaftaran dan setiap persidangan di MK, maupun
              nanti di DPR RI serta di Istana Presiden RI tetap aksi akan dilaksanakan sampai UU Cipta Kerja
              dicabut,"  imbuhnya.  Terpisah,  Ketua  Yayasan  Lembaga  Bantuan  Hukum  Indonesia  (YLBHI)
              Asfinawati mendorong agar fraksifraksi di DPR RI yang menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja
              segera mengambil langkah konkret.


              Sebagai  wakil  rakyat  di  parlemen,  menurutnya,  fraksi  yang  tidak  setuju  bisa  mengajukan
              Rancangan Undang-undang inisiatif untuk membatalkan Omnibus Law Cipta Kerja. Dari sembilan
              fraksi di parlemen, dua fraksi menyatakan menolak diberlakukannya UU Cipta Kerja. Fraksi itu
              berasal dari Partai Demokrat dan PKS. Asfin menyebut keseriusan dua fraksi di parlemen dalam
              menolak undangundang ini bisa dilihat dari inisiatif dan langkah yang mereka ambil di gedung
              tempat  mereka  berkantor.  Lagi  pula,  kata  Asfin,  sejarah  juga  pernah  mencatat  pembatalan
              undangundang No 25/1997 yang tak berlaku setelah muncul inisiatif dari anggota dewan. "Fraksi
              yang enggak setuju kan bisa mengajukan RUU inisiatif DPR untuk membatalkan UU Omnibus
              Law Cipta Kerja. Meniru UU 25/1997, agar rakyat bisa melihat apakah penolakan itu serius atau
              tidak," kata Asfin, Selasa (3/11). Ditekennya UU Cipta Kerja, menurut Ketua Konfederasi Serikat
              Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Bekasi Raya, Fajar Winarno menjadi sejarah kelam bagi kaum
              buruh.  Menurutnya,  ditekennya  UU  tersebut  mengartikan  jika  pemerintah  tidak  mau
              mendengarkan jeritan serta aspirasi kaum buruh. Fajar menuturkan, dalam hari-hari ke depan,
              buruh akan semakin berhadapan dengan ketidakpastian nasib. Hal itu berkenaan dengan status
              aturan kontrak kerja, upah hingga mudahnya pemutusan hubungan kerja. UU Ciptaker disebut
              akan semakin mendegradasi ketentuan UU yang sudah ada. "Selama ini, sebelum ada UU saja
              sudah kesulitan. Jelas UU ini mendegradasi ketentuan UU yang sudah ada," ungkapnya.

              Dia mengatakan, jika tujuannya adalah menarik investor, seyogianya pemerintah juga tak dapat
              mengabaikan hak-hak buruh. Ditandatanganinya UU Ciptaker oleh Jokowi itu, dinilainya sebagai
              kemenangan  bagi  pengusaha  yang  selama  ini  mengharapkan  lahirnya  UU  Ciptaker.  "Ini
              kemenangan  bagi  pengusaha  yang  selama  ini  emang  mengharapkan  lahirnya  UU  yang
              mudahnya rekrut tenaga kerja tanpa status tetap, bayar upah murah tanpa dibebani pesangon,"
              ujarnya.

              Apresiasi Positif Respons berbeda ditunjukkan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.
              Mereka mengapresiasi langkah Presiden Joko Widodo yang telah menandatangani UU Cipta Kerja
              dan berharap agar regulasi turunannya dapat segera diimplementasikan demi mempermudah
              masuknya investasi. "Kami menyambut baik bahwa akhirnya Presiden telah menandatangani UU
              Ciptaker.  Sekarang  yang  penting  adalah  peraturan  turunannya  agar  segera  bisa
              diimplementasikan," kata Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Hubungan Internasional
              Shinta Widjaja Kamdani dalam keterangan tertulis, Selasa (3/11).


              Ketua  Umum  Kadin  Indonesia  Rosan  P  Roeslani  menambahkan,  UU  Cipta  Kerja  memang
              bertujuan  untuk  meningkatkan  investasi  dengan  memberikan  kemudahan.  Dengan  adanya
              aturan  ini  diharapkan  bisa  memperbaiki  peringkat  kemudahan  berbisnis  di  Indonesia  dan



                                                           121
   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126   127