Page 136 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 8 FEBRUARI 2021
P. 136

negative - Enny Sri Hartati (Ekonom INDEF) Jadi, kalau datanya tidak terpadu dan tidak valid,
              ya susah untuk menargetkan atau berharap bahwa intervensi program-program itu akan tepat
              sasaran

              negative - Enny Sri Hartati (Ekonom INDEF) Sudah ada permintaan dari bawah (bottom up) itu
              meng-update data. Misalnya dari RT/RW sampai kelurahan sudah di-update, tapi begitu dana itu
              turun, itu enggak dipake. Yang dipakai itu data lama lagi, banyak yang sudah meninggal, banyak
              yang sudah pindah, dan sebagainya. Artinya, data ini masih bermasalah

              negative - Enny Sri Hartati (Ekonom INDEF) Sudah ada permintaan dari bawah (bottom up) itu
              meng-update data. Misalnya dari RT/RW sampai kelurahan sudah di-update, tapi begitu dana itu
              turun, itu enggak dipake. Yang dipakai itu data lama lagi, banyak yang sudah meninggal, banyak
              yang sudah pindah, dan sebagainya. Artinya, data ini masih bermasalah.

              positive - Enny Sri Hartati (staf ahli Komisi X DPR RI) Misalnya, DTKS sudah rapi dan terintegrasi,
              siapa yang mendapatkan melalui jalur A, misalnya jalur bantuan langsung tunai. Terus siapa
              yang sudah mendapatkan dari Banpres (Bantuan Presiden). Siapa yang sudah mendapatkan dari
              sembako. Siapa yang sudah mendapatkan program lain dan sebagainya, begitu. Jadi terukur.
              Yang menjadi target itu terukur dan yang diintervensi juga jelas

              neutral - Enny Sri Hartati (Ekonom INDEF) Kalau seperti itu, di-mapping dengan terkoordinasi
              seperti itu, maka ketahuan dan terukur juga nanti dampak dari setiap program. Kalau ini kan
              nanti saling lempar kesalahan, kalau berhasil semua mengakui, tapi kalau ketidakberhasilan,
              semua saling menyalahkan.



              Ringkasan

              Pemerintah bakal melanjutkan beberapa program perlindungan sosial pada tahun 2021. Langkah
              tersebut  demi  mendorong  program  Pemulihan  Ekonomi  Nasional  (  PEN  )  yang  diusung
              pemerintah selama pandemi COVID-19 . Namun, tahun ini tidak ada lagi program dana bantuan
              subsidi upah (BSU) dalam program bansos. Hal itu dikonfirmasi oleh Menteri Ketenagakerjaan
              Ida Fauziyah bahwa BSU tahun ini tidak ada alokasinya dalam APBN 2021. Ida mengungkapkan,
              pemerintah telah dan akan terus melakukan sejumlah program demi membantu pekerja di luar
              pemberian BSU, seperti yang dilakukan pada 2020 saat mulai pandemi COVID-19. Sebelumnya
              diketahui,  para  pekerja  dengan  penghasilan  di  bawah  Rp5  juta  per  bulan  memperoleh  BSU
              sebesar Rp2,4 juta.



              SPECIAL CONTENT: 7 BANSOS DILANJUTKAN, MAMPUKAH TINGKATKAN DAYA BELI
              DI ERA PANDEMI?

              Jakarta - Pemerintah bakal melanjutkan beberapa program perlindungan sosial pada tahun 2021.
              Langkah tersebut demi mendorong program Pemulihan Ekonomi Nasional ( PEN ) yang diusung
              pemerintah selama pandemi COVID-19 .

              Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menyatakan, alokasi anggaran program Pemulihan
              Ekonomi Nasional (PEN) untuk tahun 2021 mencapai Rp553,1 triliun. Angka tersebut berpotensi
              mengalami kenaikan apabila insentif usaha sudah dimasukkan.

              Rincian anggaran PEN adalah sebagai berikut: Yang pertama untuk Sektor Kesehatan dengan
              alokasi anggaran Rp 104,7 triliun. Anggaran ini dipakai untuk pengadaan dan operasional vaksin
              COVID-19,  sarana  prasarana  dan  alat  kesehatan,  biaya  klaim  perawatan,  insentif  tenaga
              kesehatan dan santunan kematian, serta bantuan iuran BPJS untuk PBPU/BP.

                                                           135
   131   132   133   134   135   136   137   138   139   140   141