Page 249 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 OKTOBER 2020
P. 249

positive  -  Dita  Indah  Sari  (Staf  khusus  Kementerian  Ketenagakerjaan)  Setidaknya  ada  tiga
              sampai empat PP yang akan kita bahas. Tentang pengaturan ketenagakerjaan yang isinya soal
              kontrak, outsource,  dan  lainnya,  PP tentang  Jaminan  Kehilangan  Pekerjaan,  dan  PP tentang
              pengupahan.  Kami  berharap  semua  unsur  Serikat  Pekerja  bisa  ikut  berdiskusi  membahas
              detilnya,



              Ringkasan

              Staf khusus Kementerian Ketenagakerjaan Dita Indah Sari menegaskan, Omnibus Law Undang-
              Undang (UU) Cipta Kerja (Ciptaker) tetap mengadopsi segala hal baik yang ada di UU Nomor 13
              Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan mengakomodasi perkembangan zaman serta ekonomi
              dunia.  Mantan  aktivis  buruh  dan  Sekjen  Pusat  Perjuangan  Buruh  Indonesia  (PPBI)  ini  pun
              meluruskan berbagai isu miring mengenai ketenagakerjaan yang tersebar di masyarakat. Mulai
              dari  soal  pesangon,  status  kontrak,  cuti,  pemutusan  hubungan  kerja,  outsourcing,  hingga
              pengupahan.



              RELEVAN DENGAN ZAMAN, UU CIPTAKER ADOPSI HAL POSITIF DI UU
              KETENAGAKERJAAN

              - Staf khusus Kementerian Ketenagakerjaan Dita Indah Sari menegaskan, Omnibus Law Undang-
              Undang (UU) Cipta Kerja (Ciptaker) tetap mengadopsi segala hal baik yang ada di UU Nomor 13
              Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan mengakomodasi perkembangan zaman serta ekonomi
              dunia.

              ( ( "Perlu diingat UU Ketenagakerjaan kita ini dibahas sejak tahun 2000 dan disahkan di tahun
              2003, sudah 17-20 tahun lalu. Apa yang relevan di masa itu, belum tentu masih relevan di tahun
              2020," sambungnya.

              Mantan aktivis buruh dan Sekjen Pusat Perjuangan Buruh Indonesia (PPBI) ini pun meluruskan
              berbagai  isu  miring  mengenai  ketenagakerjaan  yang  tersebar  di  masyarakat.  Mulai dari  soal
              pesangon, status kontrak, cuti, pemutusan hubungan kerja, outsourcing, hingga pengupahan.

              "Soal pesangon, Indonesia ini angka pesangonnya salah satu yang paling tinggi di dunia dan ini
              tidak berimbang dengan tingkat produktivitas kita. Angka 32 kali gaji ini realisasinya juga tidak
              ada yang mau menanggung dan tidak banyak yang mampu menjalankan. Apa kita mau hanya
              bagus di atas kertas saja?," ucap Dita.

              Hal ini pula yang coba dibuat lebih relevan dalam UU Cipta Kerja dengan mengambil jalan tengah
              yakni  mengurangi  angka  pesangon,  namun  memberikan  inovasi  berupa  Jaminan  Kehilangan
              Pekerjaan (JKP).

              "Manfaat JKP ini hanya ada di UU Cipta Kerja, angkanya tidak lagi memberatkan pekerja ataupun
              pengusaha dengan iuran tambahan. Pemerintah akan lakukan rekomposisi iuran yang ada dari
              BPJS Ketenagakerjaan," jelas Dita.

              Terkait isu soal kontrak, Dita menjelaskan bahwa syarat-syarat mengenai pekerja kontrak masih
              mengadopsi aturan di UU Ketenagakerjaan terutama di pasal 56 dan 59.

              "Kenapa batas maksimal kontrak tidak tercantum lagi? Karena ini akan dicantumkan di Peraturan
              Pemerintah nanti supaya ada fleksibilitas. Karakteristik hubungan kerja di tiap sektor kan bisa
              berbeda-beda. Kita ingin membuka diri untuk kebutuhan baru, tanpa meninggalkan hal-hal yang
              baik," tuturnya.

                                                           248
   244   245   246   247   248   249   250   251   252   253   254