Page 250 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 OKTOBER 2020
P. 250

Misinformasi soal cuti juga diluruskan oleh perempuan yang pernah dituduh melakukan tindakan
              subversif  selama  menjadi  aktivis  tersebut.  Dita  menegaskan  cuti  hamil  dan  cuti  haid  tidak
              dihilangkan dalam UU Cipta Kerja.

              "Tidak ada penghilangan cuti hamil dan haid! Menteri (Ketenagakerjaan) kita ini perempuan lho,
              separuh pekerja kita ini perempuan. Semua tetap ada dan dibayarkan upahnya," ungkapnya.

              Begitu  pula soal  syarat Pemutusan  Hubungan  Kerja  (PHK) yang  nyatanya  tetap  mengadopsi
              aturan  di  UU  Ketenagakerjaan.  Ada  empat  tahap  yang  harus  ditempuh  jika  memang  akan
              melakukan PHK.

              "Pengusaha harus tetap memberi informasi, tidak bisa sepihak. Kalau pekerja tidak setuju, harus
              ada perundingan yang bisa didampingi serikat pekerja. Jika tidak sepakat, pemerintah harus
              intervensi memediasi. Kalau tidak selesai juga, baru bisa masuk jalur hukum. Tetap ada empat
              layer soal PHK ini," kata Dita.

              Upah MinimuMKabupaten/Kota (UMK) yang dikabarkan menghilang juga tetap ada dalam UU
              Cipta  Kerja.  Soal  frase  tidak  diwajibkan,  Dita  menjelaskan  bahwa  tiap-tiap  kabupaten/kota
              sebenarnya  sudah  memiliki  UMK  dan  ini  tetap  ada.  Tapi  jika  ada  yang  belum  memiliki,
              pemerintah daerah bisa mengusulkan menggunakan dasar pertumbuhan ekonomi dan inflasi.

              "Kalau UMP-nya dianggap sudah mewakili, ya tidak perlu. Tiap daerah kan punya karakteristik
              yang berbeda-beda, kalau mayoritas pekerjanya di UMKM, ya harus disesuaikan. Makanya pilihan
              katanya 'dapat', bukan 'wajib' kan," kata Dita.

              Perempuan  pertama  peraih  Ramon  Magsaysay  Award  di  bidang  Young  Emerging  Leader  ini
              menerangkan, pemerintah akan mengakomodasi berbagai hal yang belum detil di UU Cipta Kerja
              melalui Peraturan Pemerintah (PP).

              Kata  dia,  Kementerian  Ketenagakerjaan  akan  bergerak  aktif  melibatkan  dan  mengundang
              seluruh Serikat Pekerja, termasuk yang melakukan aksi penolakan.

              "Setidaknya  ada  tiga  sampai  empat  PP  yang  akan  kita  bahas.  Tentang  pengaturan
              ketenagakerjaan  yang  isinya  soal  kontrak,  outsource,  dan  lainnya,  PP  tentang  Jaminan
              Kehilangan Pekerjaan, dan PP tentang pengupahan. Kami berharap semua unsur Serikat Pekerja
              bisa ikut berdiskusi membahas detilnya," tutup Dita.





























                                                           249
   245   246   247   248   249   250   251   252   253   254   255