Page 183 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 3 NOVEMBER 2020
P. 183

Ringkasan

              Massa  buruh  yang  tergabung  dalam  Konfederasi  Serikat  Pekerja  Indonesia  (KSPI)  dan
              Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) menggelar unjuk rasa yang terpusat di
              Istana Negara dan Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Senin (2/11/2020).

              Tuntutan  aksi  adalah  menolak  Undang-undang  Cipta  Kerja  dan  Surat  Edaran  (SE)  Menteri
              Ketenagakerjaan  Nomor  M/11/HK.04/X/2020  tentang  Penetapan  Upah  Minimum  Baru  Tahun
              2021 di Masa Pandemi Covi-19.



              5 PERNYATAAN SIKAP BURUH KEPADA MAHKAMAH KONSTITUSI TERKAIT
              JUDICIAL REVIEW UU CIPTA KERJA

              Massa  buruh  yang  tergabung  dalam  Konfederasi  Serikat  Pekerja  Indonesia  (KSPI)  dan
              Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) menggelar unjuk rasa yang terpusat di
              Istana Negara dan Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Senin (2/11/2020).

              Tuntutan  aksi  adalah  menolak  Undang-undang  Cipta  Kerja  dan  Surat  Edaran  (SE)  Menteri
              Ketenagakerjaan  Nomor  M/11/HK.04/X/2020  tentang  Penetapan  Upah  Minimum  Baru  Tahun
              2021 di Masa Pandemi Covi-19.

              Dalam unjuk rasa kali ini, massa buruh turut menyambangi gedung MK di Jalan Medan Merdeka
              Barat untuk mengajukan uji materiil atau judicial review terhadap Undang-undang Cipta Kerja.

              Presiden KSPI Said Iqbal menjelaskan, uji materil UU Cipta Kerja saat ini belum bisa terlaksana
              lantaran undang-undang tersebut belum memiliki nomor atau belum diundangkan.

              Walhasil, uji materil belum bisa dilakukan.

              "Gugatan sudah ada. Sudah sangat siap sekali, tapi karena belum ada nomor (UU), tentu sesuai
              mekanisme persidangan di MK, dikhawatirkan kami di-NO, tidak diterima, oleh karena itu kami
              menunggu nomor setelah ditandatangani presiden," kata Iqbal saat dihubungi Tribunnews.com.


              Said Iqbal menceritakan, massa buruh akhirnya hanya berkonsultasi dengan para pejabat MK.
              Dalam konsultasi itu, massa buruh menyatakan sikapnya terhadap Undang-undang Cipta Kerja.

              Sedikitnya ada lima pernyataan sikap kaum buruh kepada Mahkamah Konstitusi.

              Pertama massa buruh meminta agar Mahkamah Konstitusi agar dalam memeriksa, mengadili,
              dan  memutus  perkara  pengujian  Undang-undang  Cipta  Kerja  melandasi  diri  pada  keyakinan
              terhadap hati nurani, yaitu keyakinan yang mendalam atas dasar keimanan kepada Allah SWT,
              Tuhan Yang Maha Esa.

              Kaum buruh, kata Said, merasa berkewajiban untuk mengingatkan kepada Hakim Mahkamah
              Konstitusi,  bahwa  sebelum  menduduki  jabatannya,  para  Yang  Mulia  Hakim  Konstitusi  telah
              bersumpah di hadapan Allah SWT.

              "Bahwa semua putusan MK pun diawali dengan kata-kata 'demi keadilan berdasarkan Ketuhanan
              Yang Maha Esa,'" kata Said Iqbal.

              Kedua, massa buruh meminta agar MK, dalam memeriksa, mengadili, dan memutus perkara
              pengujian  Undang-undang  Cipta  tidak  sekadar  berorientasi  pada  kebenaran  yang  bersifat
              formalistik.



                                                           182
   178   179   180   181   182   183   184   185   186   187   188