Page 328 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 OKTOBER 2020
P. 328

demi hukum, karena PHK itu restriktif dan limitatif. Tidak boleh disepakati, gugur, batal demi
              hukum
              neutral - Said (Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI)) Selain itu, dasar hukum
              mogok nasional yang akan kami lakukan adalah UU No 39 Tahun 1999 tentang HAM dan UU No
              12 tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik



              Ringkasan
              Pengusaha mengancam akan melakukan pemutusan hubungan kerja (  PHK  ) terhadap buruh
              atau pekerja yang melakukan aksi mogok kerja menolak Undang-undang (UU)  Omnibus Law
              Cipta Kerja (  Ciptaker  ).

              Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani bilang bahwa secara
              hukum, PHK diperbolehkan karena mogok nasional yang dilakukan buruh dianggap tidak sah
              lantaran bukan dikarenakan kegagalan perundingan.



              ANCAMAN PHK KE BURUH PEDEMO OMNIBUS LAW TAK AMPUH

              Pengusaha mengancam akan melakukan pemutusan hubungan kerja (  PHK  ) terhadap buruh
              atau pekerja yang melakukan aksi mogok kerja menolak Undang-undang (UU)  Omnibus Law
              Cipta Kerja (  Ciptaker  ).

              Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani bilang bahwa secara
              hukum, PHK diperbolehkan karena mogok nasional yang dilakukan buruh dianggap tidak sah
              lantaran bukan dikarenakan kegagalan perundingan.

              Dasar hukum yang digunakan Shinta, yaitu UU Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
              Pada  pasal  137  berbunyi:  "Mogok  kerja  sebagai  hak  dasar  pekerja/buruh  dan  serikat
              pekerja/serikat  buruh  dilakukan  secara  sah,  tertib,  dan  damai  sebagai  akibat  gagalnya
              perundingan."     Sedangkan, mengutip Pasal 3 Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 232
              Tahun 2003 tentang Akibat Hukum Mogok Kerja yang Tidak Sah, disebutkan bahwa mogok kerja
              tidak sah apabila dilakukan bukan akibat gagalnya perundingan.
              Oleh karenanya, Shinta menilai sanksi dapat diberikan. Namun, bukan sanksi PHK yang langsung
              diambil,  melainkan  pemanggilan  selama  tiga  kali.  Jika  yang  bersangkutan  tak  memenuhi
              panggilan atau mangkir, maka sanksi PHK dapat diberikan.

              "Prinsip harus kembali ke UU, di UU Nomor 13 sangat jelas kalau pekerja tidak bekerja dan ada
              pemanggilan dan bisa diberikan peringatan dan kalau peringatan sudah tiga kali berturut-turut,
              memang dia (pekerja) bisa di-PHK," katanya kepada  CNNIndonesia.com  .

              Pengamat Ketenagakerjaan dari Universitas Airlangga Hadi Subhan menilai PHK dalam hal ini tak
              dapat dilakukan. Lantaran, ia menyebut penggunaan UU terkait tak tepat. Aksi menentang UU
              Omnibus Law, menurut Hadi, bukan aksi mogok kerja, melainkan aksi unjuk rasa.

              Ia  menjelaskan  bahwa  aksi  dapat  disebut  sebagai  mogok  kerja  apabila  dilakukan  untuk
              menyampaikan tuntutan langsung kepada perusahaan. Namun, saat ini tuntutan buruh ditujukan
              kepada pemerintah.

              "Unjuk rasa menyuarakan pendapat tidak diatur dalam UU Nomor 13, adanya mogok kerja. Itu
              kan dalam rangka melakukan tuntutan normatif ke perusahaan, ini kan yang dituntut bukan ke


                                                           327
   323   324   325   326   327   328   329   330   331   332   333