Page 329 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 OKTOBER 2020
P. 329

perusahaan, tapi ke negara, di luar perusahaan," katanya kepada  CNNIndonesia.com  , Kamis
              (8/10).
              Oleh karena itu, ia menyebut PHK tak beralasan. Jika memang pengusaha ngotot menggunakan
              UU  tersebut,  paling  banter  yang  dapat  dilakukan  yaitu  memotong  upah/gaji  sesuai  dengan
              jumlah absen kerja.

              Mekanisme tersebut tertuang dalam Pasal 93 (1) yang berbunyi: "Upah tidak dibayar apabila
              pekerja/buruh tidak melakukan pekerjaan."   "Jadi boleh dipotong (upah) sesuai hari dia (buruh)
              tidak  masuk  karena  tidak  diizinkan  perusahaan.  Tapi,  tidak  ada  satu  pun  pasal  yang
              membolehkan PHK," imbuhnya.

              Lebih lanjut, ia menyebut jika buruh dianggap melanggar aturan perusahaan, urusannya masih
              panjang. Perusahaan harus mengeluarkan 3 kali surat peringatan (SP) sebelum melakukan PHK.

              Hadi  menjelaskan  PHK  akibat  gagalnya  perundingan  antara  pengusaha  dan  buruh  memiliki
              rentetan mekanisme yang harus dilalui. Di awal, pengusaha harus memanggil buruh selama dua
              kali dan setiap surat panggilan berlaku untuk 5 hari kerja atau 7 hari.

              Jika  tak  kunjung  memenuhi  panggilan  atau  dianggap  mangkir,  pengusaha  masih  harus
              mengirimkan surat panggilan kedua. Sehingga, butuh waktu setidaknya 2 minggu untuk dapat
              mengambil keputusan PHK.

              "Kalau mogok kerja akibat perundingan gagal itu pun harus dipanggil dua kali, di mana panggilan
              pertama dan kedua itu jangka waktu 7 hari, mogok hari ini ga bisa besok di-PHK," jelasnya.

              Hadi  mempertegas  jika  pun  di  dalam  perjanjian  kerja  bersama  (PKB)  terdapat  klausul  yang
              memperbolehkan  PHK,  PKB  dapat  dinyatakan  batal  demi  hukum.  Pasalnya,  aturan  bersifat
              limitatif dan bertentangan dengan UU yang ada. Hal ini tertuang dalam Pasal 54 (2).
              "Di UU Nomor 13 ada ketentuan kalau PKB bertentangan dengan perundang-undangan, PKN
              Pasal tersebut batal demi hukum, karena PHK itu restriktif dan limitatif. Tidak boleh disepakati,
              gugur, batal demi hukum," katanya.

              Namun, ia mengingatkan buruh untuk tak mangkir lebih dari yang ditetapkan oleh UU. Jika tidak,
              bisa saja buruh kehilangan pekerjaannya karena dianggap mengundurkan diri.

              Terpisah, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) membantah jika aksi mogok
              nasional dilakukan secara ilegal. Dia menyebut bahwa aksi tersebut dilakukan sesuai dengan
              Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka
              Umum.

              Kemudian,  lanjut  Said,  juga  sesuai  Pasal  4  Undang-Undang  Nomor  21  Tahun  2000  yang
              mengatur  bahwa  salah  satu  fungsi  serikat  pekerja  adalah  merencanakan  dan  melaksanakan
              pemogokan.

              "Selain itu, dasar hukum mogok nasional yang akan kami lakukan adalah UU No 39 Tahun 1999
              tentang HAM dan UU No 12 tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan Internasional tentang
              Hak-Hak Sipil dan Politik," ujar Said.

              Said  menyebut  bahwa  aksi  mogok  nasional  ini  dilakukan  tertib,  damai,  dan  tidak  anarkis.
              Menurutnya,  aksi  ini  dilakukan  semata-mata  untuk  meminta  Pemerintah  dan  DPR  RI
              membatalkan omnibus law.




                                                           328
   324   325   326   327   328   329   330   331   332   333   334