Page 352 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 OKTOBER 2020
P. 352

BURUH DEMO DIANCAM PHK: LEBIH BAIK, DARIPADA DIMISKINKAN

              Pengusaha  mengancam  buruh  yang turun ke jalan dan demo menolak  Omnibus Law  UU Cipta
              Kerja dengan Pemutusan Hubungan Kerja (  PHK  ). Menanggapi hal itu, buruh merespons tidak
              takut dengan ancaman PHK.

              Ade (45), salah satu buruh di Purwakarta, Jawa Barat, mengaku tidak takut dengan ancaman
              PHK. Malah, pekerja tetap di pabrik otomotif tersebut mengaku lebih takut dengan nasib anak-
              cucunya kelak akibat lolosnya Omnibus Law UU Cipta Kerja yang dinilai dapat mengancam nasib
              pekerja muda yang baru akan mencari kerja.

              "Saya sudah kerja selama 17 tahun. Istilahnya, umur sudah nggak panjang lagi, tapi kasihan
              yang  muda-muda  ini  dengan  adanya  Omnibus  Law  Cipta  Kerja,"  terang  Ade  kepada
              CNNIndonesia.com  pada Kamis (8/10).

              Lebih lanjut ia menyebut sejumlah poin berpotensi mengurangi pesangonnya. Ia tak rela apabila
              hasil kerja kerasnya dari mengabdikan diri selama belasan tahun bakal disunat.

              Poin lainnya yang mengusik Ade adalah soal penghapusan upah sektoral yang sebelumnya diatur
              dalam UU Ketenagakerjaan Pasal 89.

              Omnibus Law Ciptaker menghapus pasal tersebut dan menggantinya menjadi Pasal 88 C. Dalam
              pasal pengganti tersebut upah sektoral dihapuskan.

              Ade menilai jika dihapuskan, maka mekanisme kenaikan gaji buruh menjadi tak jelas. Ia khawatir
              gaji buruh akan ditekan alias tak naik-naik, sementara beban hidup terus merangkak.

              Dari  tafsirannya,  penghapusan  tersebut  merugikan  buruh  seperti  dirinya  yang  telah  bekerja
              belasan tahun dan memiliki gaji di atas upah minimum provinsi/kota (UMP/UMK).

              "Yang jelas upah nggak akan naik kalau ngikutin Omnibus Law. Sepanjang UMP belum menyusul
              upah kami, tidak akan naik, terkecuali ada kebijakan dari perusahaan," katanya.
              Makanya, Ade menilai UU Cipta Kerja tak adil untuk buruh. Upah terancam seret, pesangon
              dipotong,  tapi  biaya  hidup  terus  naik  mengikuti  inflasi.  Karena  itulah  ia  bertekad  terus
              memperjuangkan nasib para buruh.

              Terkait aksi demo hari ini, Ade mengaku serikat buruh di tempatnya bekerja sejak jauh-jauh hari
              sudah  melayangkan  surat  pemberitahuan  dan  bernegosiasi  dengan  manajemen  perusahaan.
              Sehingga, ia merasa tak menyalahi aturan untuk menyampaikan aspirasinya.

              Barok juga tak takut ancaman PHK yang digaungkan pengusaha. Sebab, ia merasa tanpa aksi
              mogok dan memaksakan diri bekerja di bawah UU CIpta Kerja, maka ia setuju untuk dimiskinkan
              oleh pemerintah.

              "Kami semua kaum buruh hidup dalam  near poor  , miskin tidak kaya tidak, satu tingkat di atas
              kemiskinan, kalau upah dibatasi dan jaminan sosial hilang, maka kami menjadi miskin karena
              beban hidup semakin bertambah," katanya.


              Barok  mengaku  serikat  kerjanya  bernaung  telah  melayangkan  surat  pemberitahuan  mogok
              kepada perusahaan, sehingga ia yakin akan diberikan pendampingan yang maksimal dari serikat
              kerja akan haknya.

              Dia tak terima jika aksi demo yang dilakukannya tidak sah karena terjadi kegagalan perundingan
              yang  berujung  pada  ketidakpuasan  buruh.  "Ini  sah,  karena  terjadi  kegagalan  perundingan
              dengan pemerintah, sehingga kami melakukan mogok nasional," belanya.


                                                           351
   347   348   349   350   351   352   353   354   355   356   357