Page 49 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 20 FEBRUARI 2020
P. 49
Sepanjang 2018, pendapatan Indosat anjlok menjadi Rp23,139 triliun dari tahun
sebelumnya sebesar Rp29,92 triliun.
Pertumbuhan pendapatan voice ISAT sendiri terus melambat dalam tiga tahun
terakhir, yakni 31,9 persen (2016), 28,9 persen (2017) dan 25,1 persen (2018).
Sementara dari layanan SMS, pertumbuhan pendapatannya berturut-turut sebesar
20,6 persen (2016), 15,6 persen (2017) dan 8,6 persen (2018).
Perlukah Indosat Dipertahankan? Kinerja Indosat yang kurang mentereng sejak
2018 nampaknya perlu jadi pertimbangan pemerintah apakah tetap
mempertahankan kepemilikan saham atau tidak. Apalagi, pemerintah telah memiliki
PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) yang bergerak dalam bisnis serupa --lewat
anak usahanya PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel).
Telkom menguasai 59,1 persen pasar pelanggan seluler dan jadi satu-satunya
perusahaan yang mencatatakan laba bersih positif.
Analis Saham Muhammad Nafan Aji mengatakan pemerintah perlu fokus untuk
mengembangkan bisnis Telkom mengingat pertumbuhan Industri telekomunikasi
masih cukup prospektif: mengalami pertumbuhan 9,41 persen atau lebih tinggi dari
rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional.
Jangan sampai, kata dia, pemerintah seperti membesarkan dua anak kandung yang
justru saling berebut 'makanan'.
"Pemain-pemain besar yang memiliki SDM unggullah yang bisa meningkatkan
penetrasi pasar," kata Aji kepada reporter Tirto , Senin (17/2/2020). Dibanding
Indosat, Telkomsel-lah yang lebih mampu untuk melakukan itu..
Baca juga artikel terkait INDUSTRI TELEKOMUNIKASI atau tulisan menarik lainnya
Selfie Miftahul Jannah
(tirto.id - Ekonomi ) Reporter: Selfie Miftahul Jannah Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Hendra Friana
Page 48 of 185.