Page 228 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 10 SEPTEMBER 2020
P. 228

Judul               KPK minta data penerima bantuan upah dipadankan dengan SPT pajak
                Nama Media          antaranews.com
                Newstrend           Santunan Pegawai Swasta
                Halaman/URL         https://www.antaranews.com/berita/1715470/kpk-minta-data-
                                    penerima-bantuan-upah-dipadankan-dengan-spt-pajak
                Jurnalis            Desca Lidya Natalia
                Tanggal             2020-09-09 12:48:37
                Ukuran              0
                Warna               Warna
                AD Value            Rp 17.500.000
                News Value          Rp 52.500.000
                Kategori            Kementerian Ketenagakerjaan
                Layanan             Korporasi
                Sentimen            Positif



              Ringkasan

              Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) meminta agar data penerima bantuan pemerintah
              berbentuk  subsidi  upah sebanyak  Rp600  ribu  dipadankan  dengan  data Surat  Pemberitahuan
              (SPT) Pajak.



              KPK MINTA DATA PENERIMA BANTUAN UPAH DIPADANKAN DENGAN SPT PAJAK

              Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) meminta agar data penerima bantuan pemerintah
              berbentuk  subsidi  upah sebanyak  Rp600  ribu  dipadankan  dengan  data Surat  Pemberitahuan
              (SPT) Pajak.

              "Agar  data  valid,  atau  surat  pemberitahuan  tahunan  pajak,  apakah  benar  perusahaan
              melaporkan pajaknya untuk pegawai yang upahnya di bawah Rp5 juta per bulan," kata Wakil
              Ketua KPK Alexander Marwata dalam konferensi pers bersama dengan Menteri Ketenagakerjaan
              Ida Fauziyah, di Gedung KPK, Jakarta, Rabu.

              Program subsidi upah itu diluncurkan pada 27 Agustus 2020, yaitu bantuan senilai Rp2,4 juta
              untuk empat bulan bagi pekerja yang gajinya di bawah Rp5 juta per bulan.

              Penyalurannya dibagi dua, yaitu Rp1,2 juta untuk dua bulan pertama, dan pencairan selanjutnya
              di dua bulan berikutnya juga senilai Rp1,2 juta.

              Terdapat 15,7 juta orang yang ditargetkan menjadi penerima bantuan dengan syarat WNI yang
              dibuktikan  kepemilikan  Nomor  Induk  Kependudukan  (NIK),  terdaftar  sebagai  peserta  BPJS
              Ketenagakerjaan dan aktif membayar iuran sampai Juni 2020, mendapat gaji/upah di bawah Rp5
              juta serta memiliki rekening bank aktif.

              Selanjutnya, KPK juga meminta agar Kementerian Ketenagakerjaan memadankan data dari BPJS
              Ketenagakerjaan dengan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Kementerian Sosial.

              "Apakah  pegawai-pegawai  yang  menerima  ini,  juga  menerima  batuan  langsung  tunai  dari
              Kemensos. Kami sampaikan basis datanya berbeda karena Kemensos itu dari DTKS, sedangkan
              penerima bantuan upah dari BPJS Ketenagakerjaan. Kalau yang DTKS itu praktis tidak punya
                                                           227
   223   224   225   226   227   228   229   230   231   232   233